Esposin, WONOGIRI — Sekumpulan anak-anak muda di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, meyakini ruang kreatif bisa diciptakan dari desa. Untuk itu, mereka yang tergabung dalam beberapa komunitas menggelar berbagai lokakarya hingga pameran seni dengan memanfaatkan kearifan lokal desa.
Hal itu dilakukan anak-anak muda Kecamatan Pracimantoro melalui kegiatan yang mereka namakan Project Gembira. Kegiatan kepemudaan tersebut digelar di desa-desa dengan tujuan menggugah warga desa untuk memanfaatkan kelokalan desa. Harapannya, lokalitas dan orisinalitas warga desa dapat mempertebal identitas diri dan bahkan berdampak pada perputaran ekonomi.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Salah satu inisiator Project Gembira, Faris Wibisono, mengatakan Project Gembira merupakan gerakan sosial kolektif dari komunitas anak-anak muda di Kecamatan Pracimantoro dan sekitarnya. Melalui gerakan ini, mereka ingin agar warga desa tidak hanya menjadi penonton dalam arus perkembangan teknologi.
Anak-anak muda ini percaya, dengan orisinalitas warga desa dan berbagai sumber dayanya, mereka bisa berperan sebagai subjek dalam laju modernitas. Warga desa bisa memanfaatkan kearifan lokalnya untuk ditunjukkan kepada khalayak. Syukur-syukur hal itu bisa berdampak pada peningkatan ekonomi warga.
Project Gembira berupaya mengunggah orisinalitas warga desa untuk ditampilkan. Warga desa diberi wadah atau panggung untuk menampilkan hasil karya mereka yang seorisinal mungkin, mulai dari kesenian hingga kegiatan kreatif lainnya.
Pada kegiatan Project Gembira yang baru kali pertama diadakan di Kedai Kopi Dalem, Desa Tubokarto, Kecamatan Pracimantoro, Juli 2024 lalu, anak-anak muda tersebut menggelar pameran seni rupa skala kecil. Karya seni yang dipamerkan adalah karya warga desa, bahkan ada karya bocah yang usianya masih di bawah lima tahun.
Dalam kegiatan tersebut, juga ada lokakarya menyeduh kopi di kedai serta lokakarya pakaian bekas yang dimodifikasi hingga menembus pasar internasional. Tak lupa, mereka memberikan panggung bagi anak-anak desa untuk menunjukkan bakat musik mereka.
“Harapannya, kegiatan ini bisa merangsang warga untuk percaya diri dan mau menunjukkan kelokalan mereka. Warga desa tidak perlu minder. Potensi mereka tidak kalah dengan warga urban,” jelas Faris saat dihubungi Esposin, Selasa (13/8/2024).
Dia melanjutkan Project Gembira baru digelar dua kali. Terbaru, anak-anak muda ini menggelar kegiatan serupa di Lembah Bengawan Solo Purba di Dusun Mendak, Desa Petirsari, Kecamatan Pracimantoro, Minggu (11/8/2024). Desa ini cukup jauh dari pusat kecamatan, dengan jumlah penghuni tidak lebih dari 30 keluarga.
Mengangkat Potensi Desa
Dalam kegiatan tersebut, warga desa setempat menampilkan berbagai tari-tarian, pameran seni rupa, baca geguritan, pertunjukan wayang beber, dan lokakarya produksi serta pengeditan video. Mereka yang hadir dalam kegiatan itu tidak hanya anak-anak muda, melainkan juga orang-orang tua.Mereka bersenang-senang dan bergembira bersama merayakan nilai-nilai lokal desa. “Dengan kegiatan semacam ini, ada ruang untuk berkreasi. Kami ingin anak-anak desa seperti kami ini bisa lebih percaya diri. Misalnya, mereka mau membuat konten video yang menampilkan potensi-potensi desa,” ucapnya.
Selain berkolaborasi menciptakan wadah untuk berekspresi, kegiatan ini sekaligus menjadi media belajar bagi anak-anak muda komunitas di Kecamatan Pracimantoro. Mereka harus memahami dalam melaksanakan gerakan sosial ini sesuai dengan kondisi masyarakat lokal desa.
”Tidak mungkin kan kami di dusun kecil di Lembah Bengawan Solo Purba itu membuat acara musik keras. Makanya, kami sesuaikan dengan pertunjukan wayang beber yang sekaligus menjadi pemandu atau narator acara,” ungkapnya.
Faris percaya desa memiliki banyak potensi sumber daya yang bisa menjadi modal. Hal itu telah dibuktikan oleh dia dan anak-anak muda lainnya. Faris masih rutin mengerjakan desain-desain atau karya seni yang kliennya berasal dari kota. Ada pula anak muda desa yang menjual berbagai macam jaket yang dimodifikasi dengan kain perca, yang pembelinya mayoritas berasal dari luar negeri.
”Rencananya, bila memungkinkan, kegiatan ini akan dilaksanakan setiap bulan. Lokasinya berpindah-pindah, tidak selalu di Pracimantoro. Bulan depan, kami rencananya akan mengadakan di Gunung Kidul. Kegiatan ini bersifat swadaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri, Haryanto, mengapresiasi gerakan kepemudaan di Kecamatan Pracimantoro tersebut. Dia mengakui pemuda di Pracimantoro kreatif dan tak jarang mereka kerap dilibatkan dalam program pemerintah seperti revalidasi kawasan geopark Gunung Sewu.