Pembina Karang Taruna Tunas Remaja Desa Jelobo, Ahmad Widodo, 31, menuturkan bersama dengan warga dari dua dukuh, yakni Dukuh Gunung Rejo dan Candi Rejo, Desa Jelobo, Kecamatan Wonosari, mereka berinisiatif membangun rumah janda tua ini. Alasannya karena kondisi rumah Sabar sudah sangat memprihatinkan.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
“Dindingnya sudah retak, bangunannya miring dan atapnya rusak. Dinding yang miring sebelumnya hanya disangga dengan bambu,” terang Ahmad kepada Esposin, di rumah Sabar, Dukuh Gunung Rejo RT 024/RW 009, Jelobo, Wonosari, Minggu (21/4/2013). Bahkan rumah Sabar sebelumnya hanya menggunakan tanah liat dan pasir sebagai perekat batu bata. Oleh karena itu, bangunan tersebut tidak bertahan lama.
Dana pembangunan rumah ibu dua anak ini semuanya berasal dari warga sekitar. Ide pembangunan ulang rumah Sabar bermula dari permintaan Sabar kepada ketua RT setempat untuk dibantu memperbaiki atap. Namun saat perwakilan warga datang ke rumah Sabar, mereka prihatin dengan kondisi rumah. Akhirnya sekitar sepekan yang lalu ide untuk memperbaiki rumah pun muncul.
Menurut salah satu warga Sri Widodo, 36, dana yang terkumpul dari warga sekitar Rp1,1 juta. “Tapi ada salah satu donatur yang menyanggupi membelikan genting. Selain itu, konsumsi untuk warga saat membangun rumah juga swadaya. Warga dan karang taruna juga secara suka rela menyumbang tenaga. Total yang ikut kerja bakti membangun rumah ini sekitar 150 warga,” tutur Widodo.
Rumah yang dibangun warga tersebut berukuran 4 m x 6 m. Sabar mengaku, selama ini dia belum pernah mendapat bantuan rumah tak layak huni (RTLH). Dia menceritakan sekitar tiga atau empat bulan lalu, perangkat desa Jelobo datang dan memotret rumahnya. Namun bantuan perbaikan itu tak kunjung datang.
Lebih lanjut dia mangatakan sekitar dua tahun terakhir, dia sudah tidak bekerja karena kakinya sakit. Selama ini dia lebih memilih hidup sendiri karena tidak ingin merepotkan kedua anaknya. “Dulu saya bekerja sebagai buruh tani. Tapi setelah kaki saya sakit, saya hanya mengandalkan bantuan tetangga sekitar untuk bertahan hidup,” ungkapnya.
Selain rumahnya yang rusak, ternyata selama ini, rumah Sabar belum teraliri listrik. Setiap hari dia hanya menggunakan senthir alias lampu minyak sebagai alat penerangan di malam hari. “Setelah diperbaiki, nanti kami juga akan mengusahakan untuk memasang listrik di rumah Mbah Sabar. Katanya ada tetangga yang mau menanggung biaya listrik. Tapi kalau seandainya keberatan, nanti dari karang taruna siap membantu [membayar tagihan listrik],” jelas Ahmad.
Lebih lanjut, Ahmad mengungkapkan di dukuhnya masih ada satu keluarga lagi yang membutuhkan bantuan perbaikan rumah. Namun warga belum bisa membantu karena kehidupan warga sekitar sendiri pun pas-pasan. Hal ini lantaran sebagian besar penduduk dua dukuh tersebut adalah buruh. “Kalau setiap hari dimintai sumbangan terus kasihan, padahal penghasilan pas-pasan. Jadi kami berharap ada bantuan dari pemerintah atau donatur yang mau membantu perbaikan rumah,” harap Ahmad.