Esposin, SOLO -- Kondisi selter pedagang kaki lima atau PKL di Mojosongo, Jebres, Solo, yang dibangun pada 2018 lalu kini memprihatinkan. Jumlah pedagang kini tinggal 10-15 orang sementara pembelinya juga bisa dihitung jari.
Pantauan Esposin, Senin 928/3/2022) pukul 12.30 WIB, selter PKL itu sepi pengunjung. Padahal itu adalah jam istirahat dan makan siang bagi para pekerja.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Salah satu pedagang wedangan atau warung hik di selter Mojosongo, Sutrisno, mengatakan penjualan warungnya memang sepi. Sejak pukul 12.00 WIB hingga 13.30 WIB, hanya ada tiga pembeli yang datang di warungnya.
Baca Juga: Lapak Dibongkar Belum Ada Solusi, PKL Brigjen Katamso Tagih Janji Pemkot
Sutrisno yang tiap harinya berjualan di selter PKL Mojosongo, Solo, itu mulai pukul 08.00 WIB hingga 22.00 WIB, itu mengaku kondisi warung-warung lain di selter tersebut juga sama saja.
Sebelum berjualan di selter Mojosongo, Sutrisno mengaku berjualan di gang dekat rumahnya di Kelurahan Jebres, Jebres, Solo. Setelah ada pedagang wedangan yang berjualan di kampungnya, Sutrisno pindah di selter Mojosongo pada 2019 lalu.
“Buka jam delapan sampai sepuluh malam. Dulu saya [jualan] di rumah. Di sini sekitar satu setengah tahun lalu lah,” katanya kepada Esposin, Senin (28/3/2022).
Baca Juga: DLH Solo Larang PKL Dekati Taman Jaya Wijaya Mojosongo
Sebagian Pedagang Bangkrut
Sutrisno merupakan pedagang kedelapan yang menempati los di selter PKL Mojosongo, Solo. Empat los di sampingnya kosong, tak ada penjual. Hanya tersisa etalase-etalase dan meja makan saja.Beberapa los tersebut menurut Sutrisno telah ditinggalkan penjualnya. “Ya itu, ada yang bangkrut, selesai usahanya,” imbuhnya. Kondisi sepi dan hampir tak ada kenaikan penghasilan itu tak dipahami penyebabnya oleh Sutrisno.
Namun, menurutnya, masih ada harapan dagangannya dilirik pembeli. Misalnya dengan memindahkan dan memusatkan para PKL di kawasan Taman Jayawijaya ke selter Mojosongo.
Baca Juga: PENATAAN PKL SOLO : 18 Kios di Jl. Brigjen Katamso Mojosongo Dibongkar
Dengan begitu, pembeli akan didorong untuk datang dan selter PKL Mojosongo, Solo, akan ramai dikunjungi orang. Menurutnya, pembeli akan memilih tempat-tempat strategis seperti di pinggir jalan.
Jenis makanan yang dijual di sekitar Taman Jayawijaya juga lebih beragam. Ia bercerita PKL-PKL di sekitar taman pernah diminta pindah ke selter. Namun mereka kembali berjualan di pinggir jalan.
Hal itu karena selter memang sepi. “Ya pedagang Jayawijaya pindah ke sini, semua kumpul di sini. Meski ya enggak tentu [laris] ya,” katanya.
Baca Juga: PENATAAN PKL SOLO : Disdag Segel 18 Los Selter Komplang dan Mojosongo
Jenis Makanan Kurang Beragam
Selter yang diresmikan Wali Kota Solo kala itu, FX Hadi Rudyatmo, kini hanya ditempati 10-15 los. Prasasti yang disahkan Rudy pun juga masih berdiri kokoh di kawasan selter.Sementara makanan yang dijual tak cukup beragam. Mayoritas berjualan nasi sayur, wedangan, minuman seperti dawet dan es buah. Saat Bulan Puasa, selter lebih ramai orang mencari menu berbuka puasa.
Namun di luar waktu itu, menurut Sutrisno, selter cenderung sepi. “Kalau puasa ada yang jualan di sini, ya kayak takjil. Tapi juga enggak terlalu ngaruh,” katanya.
Baca Juga: PENATAAN PKL SOLO : Pedagang Selter Mojosongo Minta Penataan Ulang
Wagino, pedagang nasi sayur di selter PKL Mojosongo, Solo, juga mengakui selter tersebut ditinggal penjual dan pembeli. Sama seperti Sutrisno, Wagino juga berpendapat selter itu sepi karena banyak PKL yang menjajakan dagangan di sekitar Taman Jayawijaya.
Lokasi Taman Jayawjaya cukup strategis dilalui pengendara motor. “Sepi. Ya itu, banyak yang jualan di pinggir jalan,” katanya.