Esposin, SRAGEN—Masa analisis hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online SMP di Kabupaten Sragen berakhir pada Selasa (9/7/2024), Selanjutnya, hasil PPDB akan diumumkan pada Rabu (10/7/2024) besok.
Selama masa analisis data masih memungkinkan berubah. Penentuan titik koordinat rumah ketua RT menjadi hal yang dievaluasi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen akan memperbarui titik koordinat tersebut untuk pelaksanaan PPDB di 2025 mendatang.
Kabid Pembinaan SMP Disdikbud Sragen, Muh. Farid Wajdi, kepada Esposin, Selasa, menyampaikan evaluasi PPDB online SMP 2024 ini terletak pada data yang harus benar-benar valid, salah satunya data tentang titik koordinat yang sempat memunculkan komplain dari orang tua calon peserta didik (CPD).
Dia menerangkan penentuan titik koordinat dilakukan oleh petugas admin di sekolah dasar (SD). Sebelumnya, Farid menyampaikan sosialisasi sudah terus dilakukan agar penentuan titik koordinat rumah ketua RT menjadi penting.
“Petugas admin SD akan kembali lagi melihat titik koordinat ketua RT di domisili siswanya karena titik koordinat itu menjadi dasar pengukuran jarak dengan gerbang sekolah. Saya lihat memang ada deviasi dalam penentuan titik koordinat depan rumah ketua RT. Seperti orang pesan barang online itu ketika share lock atau mengirimkan lokasi ternyata juga bergeser ke rumah tetangga,” jelas Farid.
Di sisi lain, Farid juga mengevaluasi sekolah-sekolah di pinggiran yang kekurangan siswa karena daya tampungnya tidak terpenuhi. Dia menjelaskan kalau anak-anak ke kota jelas jauh jaraknya dan terkendala biaya, maka difasilitasi adanya sekolah yang berada di wilayah pinggiran, termasuk sekolah satu atap.
“Kurangnya daya tampung di sekolah pinggiran itu kemungkinan besar memang potensi lulusan SD tidak ada. Seperti di SMP Satu Atap 4 Sumberlawang yang memfasilitasi siswa SD di pinggiran Waduk Kedung Ombo (WKO). Untuk menggaet siswa di wilayah Kabupaten Grobogan, sekolah sampai menyiapkan mobil antar jemput siswa,” jelasnya.
Farid mengatakan SMP Satu Atap Sambirejo juga memiliki terobosan lain tetapi masih kekurangan siswa karena di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ternyata juga membangun sekolah di perbatasan dengan Sragen.
“Berapa SMP pinggiran yang kekurangan siswa masih didata,” jelasnya.