Esposin, KLATEN -- Konsep gotong royong melalui Pos Amal Urip Bareng yang bergulir di wilayah Desa Mlese, Kecamatan Ceper berkembang ke wilayah lain. Tak hanya terbatas pada kegiatan saling berbagi. Konsep itu berkembang dengan menanam aneka bibit sayuran di lahan menganggur dengan hasil panen dibagikan secara gratis kepada warga yang membutuhkan.
Hal itu seperti yang dilakukan warga Dukuh/Desa Pasungan, Kecamatan Ceper. Awalnya, warga di dukuh tersebut membuat dua lokasi Pos Amal Urip Bareng mengikuti aksi yang sudah berjalan di Mlese.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Di pos itu warga bisa menyumbangkan aneka kebutuhan rumah tangga termasuk sayuran. Bahan-bahan yang terkumpul di pos bisa diambil warga lainnya yang membutuhkan. Warga mengambil sendiri bahan yang dibutuhkan dengan jumlah secukupnya.
WHO Beri Rapor Merah Pelonggaran PSBB Indonesia
Kegiatan itu mendapatkan respon positif warga setempat. Ide berkembang dari menanam sayuran di pekarangan hingga tercetus usulan memanfaatkan lahan menganggur. Lahan di ujung kampung itu dilirik.
Sasar Lahan Tak Produktif
Niatan warga disambut pemilik lahan dengan memberikan izin. Warga lantas gotong royong membersihkan aneka tanaman liar yang tumbuh subur hingga mengolah lahan seluas 400 meter persegi pada Mei lalu menjadi media tanam."Kebetulan semangat gotong royong di wilayah kami masih tinggi. Ada yang berbagi kompos ada juga yang berbagi bibit tanaman dan tenaga," kata salah satu warga Dukuh Pasungan, Harsono, 60, saat ditemui Esposin di rumahnya, Jumat (12/6/2020).
Pada awal Juni lalu, lahan mulai ditanami aneka bibit sayuran seperti kangkung, cabai, tomat, terong, serta kacang panjang. Warga bergantian merawat tanaman. Hasil panen dari lahan itu digunakan sebagai sayuran yang akan dibagikan melalui pos amal.
Guru Besar UNS Solo: Kasus Covid-19 di Soloraya Terkendali, Layak Mulai New Normal
Harsono mengatakan sayuran di lahan yang diolah tersebut setidaknya menjadi sumber ketahanan pangan warga di kampungnya. Ketika bibit yang ditanam membuahkan hasil, warga pun tak perlu repot-repot mencari sumber bahan pangan mereka.
"Lahan-lahan yang tidak produktif lebih baik dihidupkan bersama untuk menopang kebutuhan makan bagi warga," kata Harsono.
Menebar Inspirasi
Konsep gotong royong melalui Pos Amal Urip Bareng itu digagas Komunitas Nguripi Urip. Konsep itu muncul saat ada pandemi Covid-19. Banyak warga yang mengalami kesulitan ekonomi salah satunya lantaran dirumahkan hingga terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)."Kemudian kami muncul gagasan mengembangkan Pos Amal. Gagasan ini kami buat berbeda sebagai media edukasi juga kepada warga untuk tetap semangat berbagi serta menumbuhkan nilai-nilai gotong royong yang sudah agak hilang. Konsep ini kami gagas berempat [Lukas Triyanta, Patricius Hartono, Patrick Yuwono, dan Adi]," kata Lukas Triyanta.
4 Hari New Normal di Sragen, Kasus Positif Covid-19 Tambah 6
Lukas menjelaskan awalnya konsep gotong royong melalui Pos Amal Urip Bareng dikembangkan di wilayahnya Dukuh Mlese pada 21 April lalu. Konsep itu berkembang ke wilayah lain yakni di Dukuh Jombor dan Sumber Lor, Desa Jombor, Desa Pasungan, hingga ke wilayah Kecamatan Pedan.
Dari konsep mengajak saling memberi bagi yang mereka berlebihan dan bisa mengambil bagi yang membutuhkan itu berkembang dengan membuka lahan menganggur dan menanaminya dengan aneka sayuran.
Hal itu seperti yang dilakukan di Desa Pasungan serta Mlese, Klaten, yang juga menggarap lahan seluas satu hektare. Lukas berharap konsep itu bisa terus berkembang ke wilayah lain.
"Harapan kami ini menjadi cara untuk menjaga ketahanan pangan dan ekonomi warga. Selain itu, budaya untuk saling berbagi tetap terjaga hingga masing-masing tidak terlalu jagake bantuan," kata Lukas.