Esposin, SUKOHARJO -- Bukit Porang di Dusun Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, diproyeksikan menjadi pusat studi budidaya tanaman porang di Sukoharjo. Para petani optimistis hasil panen porang berpeluang diekspor ke Tiongkok dengan meningkatkan kualitas porang pada 2022.
Acara penanaman bibit porang di Desa Kamal dilakukan para petani yang tergabung dalam Sahabat Petani Porang Sukoharjo (SPPS) pada Jumat (12/11/2021). Para petani mengoptimalkan lahan tidak produktif untuk budidaya tanaman porang.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
“Siapa pun bisa menimba ilmu terkait budidaya porang. Para petani bakal membagi ilmu dan mendampingi masyarakat yang berminat melakukan budidaya porang,” kata Ketua SPPS, Erwin Lasianto, saat ditemui wartawan, Jumat.
Baca Juga: Anggaran Tak Terduga untuk Bencana Alam Sukoharjo Disiapkan Rp50 Miliar
Para petani Bulu, Sukoharjo, itu menanam bibit porang di lahan seluas satu hektare. Apabila hasil panen memuaskan maka mereka memperluas lahan pertanian untuk budidaya porang. Total lahan pertanian yang disiapkan untuk budidaya porang lebih dari 10 hektare.
Erwin menyebut tanaman porang dapat dijadikan beragam produk bernilai ekonomis tinggi. Umbi porang bisa diolah menjadi bahan baku tepung, kosmetik, bahan pembuatan lem, jelly, hingga obat-obatan.
“Tanaman porang belakangan ini sangat populer lantaran menjadi komoditas ekspor ke luar negeri. Banyak masyarakat mulai belajar menanam porang di pekarangan rumah atau lahan pertanian,” ujarnya.
Baca Juga: Nama Solo Baru Sempat Jadi Pertentangan, Ini Alasannya
Standar Mutu Internasional
Hasil panen porang bisa diekspor ke luar negeri namun harus memenuhi standar mutu pasar internasional. Hasil panen porang di Bulu, Sukoharjo, diproyeksikan bisa diekspor ke Tiongkok pada 2022. Tentunya, para petani harus menjaga kualitas produk porang agar bisa memenuhi standar mutu pasar internasional.Lebih jauh, Erwin menambahkan lokasi budidaya porang tersebar di wilayah Sukoharjo bagian selatan. “Total lahan pertanian budidaya porang di Sukoharjo sekitar 50 hektare. Ke depan bisa dikembangkan lantaran prospek usaha porang masih menjanjikan. Permintaan porang baik dalam negeri maupun luar negeri cukup tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: DID Nihil, Pemkab Sukoharjo Didorong Mandiri Gali Potensi Pendapatan
Disinggung anjloknya harga porang, Erwin menyampaikan harga jual porang yang dulu sempat di kisaran Rp12.000 perkg-Rp14.000 per kg kini memang terjun bebas menjadi hanya Rp5.000 per kg. Erwin menduga kondisi itu dipengaruhi melimpahnya produk porang di dalam negeri.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo, Bagas Windaryatno, menyatakan prospek budidaya porang di Kabupaten Jamu tak kalah dibanding daerah lain di Soloraya. Apabila digarap serius, budidaya porang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi para petani. Bagas berharap muncul petani milenial yang berkomitmen tinggi menggarap budidaya porang di Sukoharjo.