Esposin, SRAGEN -- Jajaran Polsek Tanon, Sragen, mencurigai praktik penyalahgunaan obat batuk cair dalam kemasan dioplos dengan suplemen-multivitamin dan minuman berenergi untuk mendapatkan efek fly layaknya mengonsumsi narkoba.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Kecurigaan itu bermula dari ditemukannya banyak bungkus obat batuk kemasan di lapangan sebelah barat Waduk Ketro. Berulang kali saat berpatroli polisi menemukan tumpukan bungkus obat batuk kemasan di tiga lokasi di lapangan tersebut.
Kasi Humas Polsek Tanon, Aiptu Samino, saat memberikan penyuluhan bahaya narkoba di hadapan ratusan siswa dan guru SMPN 1 Tanon dalam rangkaian kegiatan Tilik Kembang Desa Pemkab Sragen, Rabu (13/9/2017), mengungkapkan cairan obat batuk kemasan tersebut bila dioplos dengan suplemen dan multivitamin maupun minuman berenergi bisa menimbulkan efek fly.
“Saya belum cek secara medis, tapi sudah tanya-tanya ke sejumlah orang,” tutur dia.
Aiptu Samino mengatakan petugas menemukan banyak sekali bungkus sachet obat batuk kemasan. “Kalau tidak percaya silakan cek sendiri. Mungkin ada ribuan sachet bungkus obat batuk di lapangan itu,” sambung dia.
Samino kali pertama menemukan indikasi mencurigakan tersebut sekitar sebulan lalu. “Kalau mengonsumsi oplosan itu pengaruhnya ke urat syaraf sama dengan [efek] minum minuman keras [miras] jenis ciu,” tambah dia.
Samino menekankan indikasi penyalahgunaan obat batuk kemasan dengan minuman berenergi dan multivitamin tersebut adalah temuan baru. Dia mengimbau para guru SMPN 1 Tanon mengingatkan siswanya agar tak salah bergaul.
Samino juga mengingatkan agar berhati-hati dalam menggunakan lem. Dalam lem terdapat kandungan zat yang bisa membuat ketagihan. “Mari kompak jaga keamanan dan ketertiban di wilayah Tanon ini,” seru dia.
Salah satu pintu masuk ke jeratan narkoba, menurut Samino, adalah rokok dan miras. Dia menggarisbawahi miras lantaran tingkat konsumsi miras di Sragen terbilang sangat tinggi.
“Saat itu saya datang di acara campursari saja langsung disuguh satu krat minuman keras. Tapi itu tahun 1999. Alhamdulillah sekarang tinggal orang-orang itu saja yang masih suka mengonsumsi minuman keras,” imbuh dia.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sragen, Hargiyanto, saat dihubungi Esposin, Jumat, mengatakan salah satu zat dalam komposisi obat batuk kemasan adalah Dextromethorphan yang tak dijual bebas.
Zat tersebut yang dimungkinkan memberikan efek fly atau dalam istilah medis disebut memengaruhi susunan saraf pusat. “Saya cek kemasannya, ternyata ada zat Dextro ini. Itu bisa memengaruhi susunan saraf pusat,” ujar dia.
Hargiyanto menerangkan bila hanya mengonsumsi satu kemasan (sachet) obat batuk tersebut, saraf pusat tidak akan terpengaruh. Untuk menimbulkan efek fly, orang harus mengonsumsi obat tersebut dalam dosis tinggi.
“Kalau satu sachet tak masalah, tapi kalau dalam jumlah banyak jadi masalah. Menurut saya tanpa dioplos pun bisa ada efek itu bila dikonsumsi dalam jumlah banyak. Itu namanya penyalahgunaan obat,” kata dia.