Esposin, KLATEN – Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Pasar Gedhe Klaten ternyata mampu menghemat biaya operasional antara 30%-40%. PLTS menjadi sumber pemasok listrik di pasar yang diresmikan pada 3 Desember 2023 setelah direhabilitasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) itu selain pasokan listrik dari PLN.
Terdapat 462 panel surya di atap atau roof top dua gedung pasar. Masing-masing panel surya berdaya 450 watt peak (Wp). Alhasil, total daya yang mampu dihasilkan mencapai 207,9 kilowatt peak (kWp). Secara ringkas, sistem kerja PLTS yakni paparan sinar matahari yang mengenai panel surya dikonversi menjadi energi listrik DC. Setrum yang dihasilkan yang kemudian dialirkan ke inverter guna diubah menjadi listrik AC. Arus listrik dari masing-masing inverter masuk ke AC combiner box sebelum dialirkan sebagai sumber energi listrik yang menyokong kebutuhan listrik di Pasar Gedhe Klaten.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Klaten, Anang Widjatmoko, mengungkapkan Pasar Gedhe Klaten menjadi pasar pertama di Indonesia yang menggunakan pasokan listrik dari PLTS selain listrik PLN. Penggunaan PLTS itu sesuai konsep bangunan hijau atau green building.
Tak ada kendala atau pun kerusakan pada PLTS Pasar Gedhe Klaten sejak dioperasikan selama 10 bulan antara Desember 2023 hingga September 2024. Ratusan panel surya efektif menyerap sinar matahari dan dikonversi menjadi tenaga listrik dari pagi buta hingga petang.
Anang menjelaskan tidak ada baterai untuk menyimpan listrik dari perangkat PLTS. Listrik yang dihasilkan langsung disalurkan untuk mengoperasikan berbagai perangkat elektronik di Pasar Gedhe Klaten. Karena itu energi yang dihasilkan hanya dimanfaatkan dari pagi hingga petang.
Sebelum dioperasikan, biaya tenaga listrik yang harus dikeluarkan Pemkab ditaksir mencapai Rp25 juta per bulan. Besarnya biaya itu tak lain lantaran banyaknya perangkat yang harus disokong menggunakan sumber listrik. Seperti ratusan hingga ribuan lampu serta delapan eskalator dan travelator di dua gedung pasar untuk lebih dari 1.000 pedagang. Namun, taksiran biaya itu bisa terpangkas setelah ada sokongan sumber listrik dari PLTS. “Sekarang rata-rata per bulan itu Rp15 juta dan maksimal Rp17 juta,” kata Anang saat berbincang dengan Anang menambahkan perawatan relatif mudah. Petugas pasar cukup membersihkan panel surya agar sinar matahari yang ditangkap tetap optimal. Ketika ada kerusakan, baru penyedia perangkat mendatangi Pasar Gedhe Klaten. “Alhamdulillah selama ini tidak ada masalah,” jelas Anang. Lurah Pasar Gedhe Klaten, Purwadi, mengungkapkan listrik kios pedagang masih menggunakan sumber energi dari PLN. Sementara, energi listrik yang dihasilkan dari PLTS dimanfaat kan untuk pengoperasian fasilitas umum seperti lampu lorong pasar, eskalator, serta travelator. Salah satu teknisi Pasar Gedhe Klaten, Sarwono, mengungkapkan selama ini perawatan PLTS cukup dengan membersihkan panel surya setidaknya sekali dalam tiga hari. “Perangkat dari PLTS ini juga terhubung dengan teknisi dari penyedia. Jadi ketika ada masalah, langsung bisa diketahui dan segera diperbaiki,” kata Sarwono.