Boyolali (Esposin) - Sejumlah peternak sapi perah mengeluhkan munculnya broker pembelian susu sapi segar. Pasalnya pembelian itu tidak melihat kualitas susu yang dihasilkan, meski para peternak sendiri mengaku untung dengan harga yang ditetapkan para broker.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Kuncoro menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, broker itu berani memasang harga di tingkat peternak lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditetapkan koperasi. Sehingga, lebih banyak peternak yang memilih untuk menjual ke broker.
Sementara, jelas Kuncoro, pihak koperasi harus bertanggung jawab dengan kualitas yang diberikan IPS dengan harga pembelian yang sudah ditentukan. Selain itu, pihak koperasi juga harus melakukan pembinaan kepada para peternak itu sendiri.
“Hal inilah yang menyulitkan koperasi dalam pengembangan dan pembinaan kepada para peternak untuk memeroleh kualitas susu sesuai standar IPS,” jelas dia.
Kuncoro mencontohkan jika ditingkat peternak pihak koperasi membeli harga susu sapi segar berkisar antara Rp 2.800-Rp 3.050/liter, pihak broker berani membeli selisih lebih tinggi sekitar Rp 100/liter.
“Ada broker yang mampu menampung sekitar 20.000 liter/hari. Padahal ada koperasi yang tidak mampu menampung jumlah seperti itu, karena harus menjaga kualitas untuk diserahkan ke IPS,” tandas dia.
Pabrik pakan Sementara, Ketua KUD Mojosongo Sentosa mengatakan saat ini di Boyolali perlu didirikan pabrik pakan ternak sendiri, sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas susu sapi segar yang dihasilkan. Pasalnya, selama ini para peternak mengeluhkan harga pakan yang mahal, sehingga tidak mampu untuk menghasilkan kualitas susu yang telah ditetapkan.
Selain itu, dengan adanya pabrik itu diharapkan mampu memberikan harga pakan yang bisa dijangkau oleh peternak. Selama ini, jelas Santosa, membutuhkan konsentrat pakan ternak sekitar 120 ton/bulan. Hingga saat ini, menurut Santosa, jumlah populasi sapi perah di wilayah Mojosongo mencapai 6.600 ekor sapi dengan jumlah sapi laktasi atau menghasilkan susu sebanyak 3.100 ekor.
Menanggapi keluhan tersebut, Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengatakan potensi susu sapi segar di Jateng sangat tinggi. Sehingga, permasalahan persusuan di Jateng harus dikelola secara profesional oleh koperasi-koperasi yang menampung hasil produksi para peternak.
“Adanya kendala seperti untuk menghasilkan pakan ternak yang bergizi tinggi harus ada pabrik yang bisa ngayomi para koperasi yang menjadi organisasi para peternak sapi perah. Dengan harapan kualitas susu sapi segar bisa terjaga,” ujarnya.
Selain itu, perlu komunikasi antara peternak, kelompok peternak dan koperasi untuk memecahkan setiap permasalahan yang ada, sehingga bisa menghasilkan kualitas sesuai dengan strandar dari IPS sendiri.
Sementara, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Whitono mengatakan dalam tahun ini ada pendirian pabrik pakan mini di Kabupaten Klaten dengan anggaran sekitar Rp 300 juta. Pabrik itu, jelas Whitono, untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi kelompok peternak sapi perah di Klaten.
fid