Esposin, SRAGEN -- Sejumlah petani di Desa Brangkal, Kecamatan Gemolong, Sragen, juga membudidayakan tanaman porang. Belakangan, tanaman porang menjadi salah satu komoditas yang digandrungi petani.
Suratno, seorang petani asal Desa Brangkal, Gemolong, mengaku sudah membudidayakan tanaman porang sejak September-Oktober 2020 lalu. Sementara ini, ia baru memberdayakan tanaman porang pada lahan seluas 4.000 meter persegi.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Namun menurutnya masih ada dua petani lain yang membudidayakan porang pada lahan masing-masing seluas 1.000 meter persegi dan 3.000 meter persegi sehingga totalnya ada sekitar 8.000 meter persegi.
Baca juga: Jos! 25 Pemuda Milenial di Sragen Terjun Jadi Petani Melon Eksklusif
Suratno sudah berencana menambah luas lahan satu hektare untuk ditanami porang. Saat ini, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Brangkal itu menunggu datangnya bantuan bibit porang yang ia ajukan kepada pemerintah.
Baca juga: Didatangi KPK, Bupati Sragen Pede Targetkan MCP Capai 90 di 2021
Menurut kabar yang didengarnya, bantuan bibit porang itu dijadwal tiba pada Februari. Akan tetapi hingga akhir Maret, lanjut dia, bantuan bibit porang itu belum juga datang.
Sekarang, sudah ada beberapa petani yang berminat membudidayakan porang. Bibit tanaman porang biasa dibeli Suratno secara mandiri dari Madiun seharga Rp250.000/kg dengan isi 300 bibit. Untuk bibit porang kualitas super dijual seharga Rp350.000/kg dengan isi sekitar 150 bibit.
“Satu hektare lahan bisa dipakai untuk membudidayakan 40.000 bibit. Rata-rata tanaman porang itu bisa dipanen dalam waktu 7-8 bulan tergantung tingkat kesuburan tanah,” jelas Suratno.
Baca juga: Pemkab Sragen Tak Alokasikan Anggaran Penanganan TB Tahun 2021, Ini Sebabnya