Esposin, KARANGANYAR -- Kabupaten Karanganyar disebut-sebut memiliki desa tertinggi di Indonesia, yakni Hargo Dalem.
Ulasan itu bermula dari catatan yang diunggah infopendaki.com. Laman tersebut menyebut bahwa kabupaten yang juga dikenal dengan slogan Bumi Intanpari ini memiliki desa tertinggi, bukan hanya di Jawa Tengah, tapi di Indonesia. Desa tersebut Hargo Dalem.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Desa Hargo Dalem tidak bisa dikatakan berada tepat di Kabupaten Karanganyar. Ini karena desa yang disebut tertinggi di Indonesia itu berada di kawasan Gunung Lawu. Gunung Lawu berada di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar, Ngawi, dan Magetan.
Baca Juga : Desa Tertinggi di Indonesia Ternyata Ada di Gunung Lawu
Lokasi Hargo Dalem yang disebut sebagai desa tertinggi di Indonesia itu berada di ketinggian lebih dari 3.150 meter di atas permukaan laut (mdpl). Padahal, ketinggian Gunung Lawu 3.265 mdpl. Itu artinya, Hargo Dalem hanya berjarak selemparan batu dari puncak Lawu, jika ditarik garis vertikal.
Penduduk setempat, Haryanto atau akrab disapa Best, mengaku kaget saat mendengar Hargo Dalem disebut sebagai desa di Kabupaten Karanganyar. "[Hargo Dalem] itu 100 meter dari warung Mbok Yem, arah pulang lewat Cemoro Kandang. Enggak ada kampung. Hargo Dalem adalah tempat pamoksan Prabu Brawijaya V," katanya saat berbincang dengan Esposin, Jumat (18/3/2022).
Hasil penelusuran Esposin, Hargo Dalem disebut sebagai salah satu puncak Gunung Lawu, selain Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Esposin juga mengecek data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar bahwa tidak ada Desa Hargo Dalem.
Baca Juga : Serba-serbi Pertapaan Bancolono Karanganyar, Konon Banyak Hajat Kabul
Pesona Hargo Dalem
Terlepas dari benar atau tidak informasi tentang Hargo Dalem sebagai desa tertinggi di Indonesia, salah satu puncak Gunung Lawu itu menyimpan pesona luar biasa. Best menuturkan di Hargo Dalem terdapat warung tertinggi apabila dibandingkan dengan sejumlah gunung di Indonesia."Ada warung Mbok Yem. Itu tertinggi dibandingkan dengan beberapa gunung di Indonesia. Selain Mbok Yem ada tiga warung lain untuk melayani pendaki kelaparan atau menginap saat tidak membawa tenda," tutur dia.
Baca Juga : Fase Istirahat, Bekas Letusan Gunung Lawu Lama Masih Terlihat
Selain itu, Anda bisa mendirikan tenda di hamparan tanah depan warung Mbok Yem. Lahan itu cukup untuk mendirikan 10 tenda dengan kapasitas masing-masing tenda 4 orang. Best menyampaikan bahwa lokasi itu menjadi favorit sejumlah pendaki. "Angin enggak terlalu kencang. Pandangan langsung ke matahari terbit. Kalau beruntung bisa melihat kijang lari-lari. Ada tiga sampai empat ekor kalau pagi menjelang matahari terbit. Tidak muncul setiap hari," tutur dia.
Tak jauh dari situ, ada sejumlah bedeng atau lubang pada tanah menyerupai gua. Biasanya, bedeng itu digunakan pendaki ritual. Rata-rata pendaki ritual tidak membawa tenda. Best mengatakan ada enam bedeng berukuran kurang lebih 6 meter x 8 meter. Satu bedeng bisa digunakan untuk 20 orang.
Baca Juga : 5 Desa Tertinggi di Indonesia, Pesona Negeri di Atas Awan
"Itu yang bikin kalau enggak salah donatur. Orang yang terkabul doanya kemudian bikin bedeng di situ," tutur dia.
Selain itu, Best menceritakan satu tempat yang dia sebut sebagai Petilasan Prabu Brawijaya. Letaknya 100 meter dari warung Mbok Yem. "Letaknya agak masuk, dari jalur pendakian paling 10 meter. Banyak [pendaki] yang enggak tahu. Hanya pendaki ritual yang tahu."