Esposin, KLATEN--Sejumlah warga di wilayah Kecamatan Manisrenggo mulai melakukan pembibitan tanaman tembakau untuk penanaman awal Juni. Tahun ini, luas lahan yang ditanami warga di wilayah sentra produksi tembakau itu meningkat 25 hektare dari tahun lalu.
“Tahun ini, luas lahan yang ditanami tembakau khususnya di Manisrenggo meningkat dibanding tahun lalu. Saat ini, lahan yang ditanami sekitar 150 hektare, sedangkan tahun lalu sekitar 125 hektare. Sementara, jumlah tenaga pengrajang ada ratusan warga,” kata pengurus Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten, Sumardjo, saat ditemui wartawan di kediamannya di wilayah Kecamatan Manisrenggo, akhir pekan lalu.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Menurutnya, bertambahnya luas lahan yang akan ditanam tembakau tersebut karena diprediksi musim panas tahun ini lebih panjang dari tahun lalu. Sebab, musim hujan juga tergolong panjang karena hujan masih terjadi hingga akhir Mei 2014.
“Kami memprediksi tahun ini kemaraunya bisa lebih panjang karena musim penghujan juga cukup panjang. Jika Agustus tidak ada hujan, maka produksi tembakau bisa maksimal dan warga bisa panen raya pada Oktober 2014,” ujarnya.
Ia menambahkan penanaman bibit tembakau di Manisrenggo direncanakan ada tiga tahap. Tahap pertama yakni awal Juni hingga pertengahan Juni dan tahap kedua yakni pertengahan Juni hingga akhir Juni 2014. Sedangkan tahap ketiga yakni akhir Juni hingga pertengahan Juli 2014.
Terkait jenis tembakau, Sumardjo, menyatakan ada beberapa jenis tembakau yang ditanam, tetapi mayoritas Tembakau Bligon dengan daun yang tebal, jumlah banyak, dan kadar nikotin tinggi. Tembakau jenis Bligon juga banyak dicari pembeli dari Muntilan dan Temanggung.
“Akhir April kami sudah melakukan pembibitan tembakau Bligon. Bibit yang siap tanam setelah umur 40 hari. Saat penanaman, yang perlu diwaspadai adalah jamur yang menyebabkan warna daun menjadi kuning yang menjadikan harga jualnya murah,” tuturnya.
Harga tembakau yang termurah Rp20.000/kilogram (kg) untuk kelas A dan paling mahal Rp125.000/kg untuk kelas F. Mahal atau murahnya tembakau tersebut disesuaikan dengan waktu petik karena semakin lama waktu petik, maka harganya semakin tinggi. Sebab, pada petik akhir, daun tembakau lebih kecil tetapi kadar nikotinnya tinggi.
Di sisi lain, Camat Manisrenggo, Wahyudi Martono, mengimbau para petani tembakau untuk lebih memperhitungkan untung dan ruginya saat hendak menanam tembakau. Menurutnya, perubahan musim yang sulit diprediksi harus menjadi pertimbangan tersendiri karena tanaman tembakau memerlukan cuaca panas.
“Menanam tembakau itu tidak mudah karena harus berani berspekulasi. Jangan sampai nantinya warga rugi besar dan menambah beban hidup. Kalau tidak berani berspekulasi, lebih baik mencari alternatif tanaman lain yang lebih menguntungkan sesuai musim,” katanya saat dihubungi espos.id, Minggu (25/5/2014).