Esposin, SRAGEN-Pemerintah Kabupaten Sragen menggelar acara Peringatan Hari Anak Nasional 2024 di Gelanggang Olahraga (GOR) Diponegoro Sragen, Rabu (31/7/2024) pagi. Dalam kesempatan itu Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengingatkan orang tua untuk memberi kebebasan kepada anak-anak mereka.
Pada rangkaian acara yang mengusung tema Anak Terlindungi, Indonesia Maju itu terdapat beberapa agenda lomba yakni lomba mewarnai yang diikuti oleh anak-anak TK yang berjumlah sekitar 100 anak dari seluruh Sragen. Anak-anak itu tampak mengenakan seragam acara berwarna merah. Mereka mewarnai pola yang sudah disediakan di kertas gambar berukuran A4.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Selain itu, ada pula agenda lomba menyanyikan lagu anak yang diikuti oleh 20 tim terdiri lima anak SD/MI mewakili tiap kecamatan se-Sragen. Mereka menyanyikan lagu anak sembari mengenakan kostum berbagai pakaian adat.
Dalam kesempatan peringatan Hari Anak Nasional 2024 itu, Bupati Yuni mengingatkan kepada para orang tua yang hadir bahwa dunia anak adalah bermain. Karena itu, jangan pernah memaksa anak untuk melupakan dunianya dan digantikan dengan kegiatan-kegiatan yang hanya menguntungkan bagi orang tuanya saja.
“Bapak Ibu kalau punya anak di rumah, ajarilah mereka dengan cara bermain. Tidak kemudian terus di-drill [dipaksa] macam mau jadi juara olimpiade,” kata saat memberi sambutan pembukaan acara Peringatan Hari Anak Nasional Ke-40 di GOR Diponegoro, Rabu (31/7/2024) pagi.
Lebih lanjut, ia menerangkan dampak buruk bagi anak jika sedari kecil sudah dijauhkan dari dunianya hanya untuk dilatih dan disuruh belajar agar mendapat juara di sekolah. Ia menerangkan itu dengan cara menceritakan suatu kejadian yang menimpa salah satu anak Sragen yang menurutnya pintar serta beberapa waktu lalu diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Namun, ketika perkuliahan berlangsung, tepatnya pada semester keenam, lanjut dia, anak itu menemukan titik jenuh sehingga enggan belajar dan kerap mengalami stres berat ketika diminta untuk belajar atau saat menghadapi ujian.
“Anak itu bercerita bahwa dia tidak bisa lagi belajar. Bahkan baru membuka buku pun, anak itu langsung keringat dingin, mual. Dia mengaku tidak mau belajar karena sejak kecil sudah di drill oleh Ayah dan Bundanya,” kata dia.
Karena itu pula, Bupati Yuni pun mengaku meminta anaknya untuk seimbang dalam hal belajar dan bermain. Dan dia berharap kejadian yang menimpa salah satu anak yang enggan belajar lagi itu untuk dijadikan pelajaran bagi setiap orang tua di Sragen.
“Anak-anak itu seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Tetap diarahkan tetapi juga memiliki kebebasan,” bebernya.
Selain itu, ia juga meminta agar jika ke depannya akan digelar lagi lomba mewarnai, maka gambar yang disajikan ke anak untuk diwarnai harus, pertama memperkenalkan tempat wisata yang ada di Sragen, kedua, mengenalkan serba-serbi Sragen, serta ketiga, mengenalkan ragam budaya nusantara.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DPPKBPPPA) Sragen sekaligus Ketua Pelaksana Peringatan Hari Anak Nasional, Agus Sudarmanto, menjelaskan bahwa tujuan diselenggarakannya acara pagi itu ialah pertama sebagai penghormatan, perlindungan, serta penguatan terhadap anak sebagai generasi penerus bangsa. Kedua, mewujudkan anak-anak Sragen yang kreatif dan inovatif.
“Harapannya dengan adanya acara ini mampu meningkatkan kreativitas, mentalitas anak-anak Sragen,” kata dia.