Esposin, SUKOHARJO -- PT BPR Artha Sari Sentosa, Tawangsari, Sukoharjo, menyelenggarakan pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT) di kantor BPR tersebut, Sabtu (17/12/2016). Kegiatan diikuti 53 peserta, mulai dari jajaran komisaris, direksi, pimpinan, dan karyawan.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Pelatihan itu menghadirkan narasumber, Direktur Amalia Consulting, Suharno. Dia meminta agar BPR memandang APU-PPT sebagai kebutuhan. “Ada dan tidak regulasi, prinsip APU PPT harus dijalankan. Bila tidak, yang rugi kita sendiri. BPR yang sampai kebobolan untuk pencucian uang dan terorisme, reputasi lembaga bisa hancur,” ungkap dia.
Mengutip sumber PPATK, Suharno mengatakan sumber dana terorisme terbesar dari Australia. “Berdasarkan penelusuran PPATK sejak 2012 hingga akhir 2016, ada 97 kali aliran dana terorisme masuk dari Australia dengan total dana Rp88,8 miliar,” papar dosen prodi Akuntansi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) ini.
Menurut dia, seluruh jajaran dan pimpinan harus menjalankan APU-PPT dengan prinsip 5T, yaitu tertib, terperinci, teliti, terukur, dan terlapor. Direktur BPR Artha Sari Sentosa, Dimas Dhany Ardyanto, mengatakan seluruh jajaran dan karyawan menaati pedoman pelaksanaan APU-PPT.
“Kita harus mengantisipasi sejak dini, jangan sampai ada aliran dana terorisme masuk ke BPR Artha Sari Sentosa,” kata dia dalam rilis yang diterima Esposin.