Esposin, SRAGEN -- Puluhan siswa bermain-main di halaman SD Elim Sragen, Kamis (13/4/2017). Mereka mengenakan seragam pramuka. Mereka berlari-lari saling mengejar.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Di sisi lain, sejumlah siswa di kelas II dan IV asyik menghias telur ayam dan telur bebek yang sudah masak dengan kertas hias atau hiasan lainnya. “Telurnya tidak boleh jatuh lo ya! Soalnya tidak ada gantinya lagi,” ujar guru kelas II, Catur Yuliani, mengingatkan 10 siswanya.
Mereka menempelkan kertas hias melingkari sebutir telur pemberian guru. Ada yang membuat seperti topi yang juga dilekatkan pada bagian atas telur.
“Telur dihias supaya terlihat indah dan cantik. Kalau habis dihias ya dibawa pulang terus dimakan. Kalau telurnya bagus kan jadi bagus selera makan,” ujar Kaine, 9, salah satu siswa kelas II saat berbincang dengan Esposin.
Siswa kelas IV lebih lihai menghias telur dengan aneka hiasan. Salah seorang siswa sudah selesai menghias telur menjadi karakter serial kartun Jepang, Naruto. “Ya, itu Kyubii buatan saya,” kata Niko, siswa kelas IV.
Telur itu menjadi berkarakter seperti makhluk ganas berekor banyak dan memiliki dua cakar tajam. Giginya juga tajam-tajam. Sementara Racheya, siswi kelas IV lainnya, menghias telurnya dengan pernik-pernik warna emas dan merah. “Saya ingin menghias telur ini seperti patung Natal,” ujarnya.
Memang sudah menjadi tradisi di kalangan umat Kristiani menjelang Paskah atau wafatnya Isa Al Masih untuk menghias telur. “Menghias telur itu merupakan tradisi. Lewat menghias telur anak-anak bisa mengetahui sejarah Paskah. Kegiatan menghias telur itu juga bermakna sebagai kebangkitan Yesus dan kehidupan baru,” ujar Catur Yuliani.
Dia menyampaikan biasanya banyak kegiatan lain menjelang Paskah seperti lomba-lomba anak dan sebagainya. Dia mengatakan karena ada rencana try out pada Senin (17/4/2017), kegiatan lomba ditiadakan tetapi tradisi menghias telur tetap dipertahankan.