Klaten (Esposin) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Klaten untuk sementara menyimpulkan penyakit yang menjangkiti Ragil Fahrizal, 6, bukan antraks. Kesimpulan itu berdasarkan tidak adanya temuan faktor risiko jenis penyakit mematikan itu.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
”Faktanya tidak ada temuan faktor risiko seperti itu. Di tempat tinggalnya tidak ada hewan yang mati seperti yang terjadi di Sragen. Pasien ini juga tidak suka makan daging. Sebenarnya pasien ini belum bisa disebut suspect karena belum terpenuhinya faktor risiko,” terang Ronny.
Selain tak ada temuan faktor risiko, kata Ronny, berdasarkan indentifikasi, jenis luka yang diderita pasien mengarah bukan antraks. Menurutnya, luka akibat gejala antraks biasanya berbentuk cekung dan terdapat warna kehitam-hitaman di tengahnya. ”Lukanya tidak cekung melainkan cembung dan tidak ada warna hitam,” tandas Ronny.
Kendati demikian, Ronny mengatakan tidak ingin kecolongan terkait gejala penyakit yang diderita Ragil. Menurutnya, Dinkes tetap menjalankan prosedur yang semestinya untuk mengetahui kepastiannya. ”Kami sudah mengirimkan sampel usapan luka ke Laboratorium Kesehatan Daerah di Semarang. Kami juga melakukan uji serologi di RSUD dr Moewardi Solo. Hasilnya baru bisa diketahui sekitar sepekan mendatang,” kata Ronny.
Sementara itu, Ragil hingga kini masih dirawat intensif di Ruang Isolasi Menur Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Humas RSUP dr Soeradji, Petrus Trijoko, mengatakan kondisi pasien sudah mulai membaik. ”Pengobatan dengan salep masih terus dilakukan, tetapi pada dasarnya kondisinya sudah membaik,” terang Petrus.
Sebelum ini diberitakan, seorang bocah berusia enam tahun delapan bulan, Ragil Fahrizal, dirawat di Ruang Isolasi Menur RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Bocah itu menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala terjangkit antraks. Anak pasangan suami-istri Suradi dan Wiwik Suparwi tersebut dirawat di RSUP Klaten sejak Minggu (22/5) sore lalu dengan dugaan terjangkit antraks.
Sebelumnya, bocah asal Dukuh Magersari, Desa Bendan, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, itu pada bagian lengan, kaki, badan, dan mukanya tumbuh bisul. Bisul itu tumbuh sejak awal Mei. Meski telah diperiksakan ke puskesmas setempat dan Rumah Sakit Islam (RSI) Manisrenggo, namun tak kunjung sembuh. Bahkan, penyakit anak dari keluarga kurang mampu tersebut kian menjadi-jadi ditambah demam, panas dalam, nyeri, radang tenggorokan, keluar dahak, serta sariawan.
mkd