Esposin, SOLO--Jemaah Masjid Sheikh Zayed Solo berkunjung tidak hanya untuk ibadah. Bangunannya yang dianggap unik dan megah membuat pengunjung ingin berwisata atau setidaknya mengabadikan momen.
Peluang bisnis itu yang kemudian ditangkap oleh para fotografer yang bergabung dengan Paguyuban Fotografer Masjid Zayed. Salah satu warga asal Banjarsari, Ali, 45. Di tengah maraknya penggunaan gawai yang dilengkapi kamera canggih, ia tetap yakin akan ada yang menggunakan jasanya sebagai fotografer.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
“Biasanya ya orang dari luar Solo, kayak dari Jawa Timur, Semarang, dan lain-lain,” kata dia saat diwawancarai Esposin, Rabu (27/3/2024).
Ia bercerita bahwa jumlah fotografer yang tergabung dalam paguyuban itu sebanyak 73 orang. Namun, tidak seluruhnya hadir setiap hari di Masjid Sheikh Zayed untuk menjajakan jasanya.
Saat akhir pekan, lanjut dia, biasanya ada 40 fotografer yang hadir. Sementara untuk hari biasa sebanyak 10 hingga 15 fotografer.
Pelanggan yang ingin menggunakan jasa fotografer di Masjid Sheikh Zayed harus mengeluarkan uang minimal Rp40.000. Uang senilai itu untuk mendapatkan dua kali jepretan menggunakan kamera digital single lens reflex (DSLR) yang kemudian dicetak dalam ukuran 10 R (25 cm x 30,48 cm).
“Sementara untuk pelanggan yang tidak ingin fotonya dicetak, maunya file harganya seikhlasnya. Biar sama-sama enak. Termasuk yang ingin difoto tapi menggunakan HP mereka sendiri,” kata Ali sambil menunjukan hasil cetakan fotonya.
Tiap harinya Ali mulai mencari pelanggan yang sudi menggunakan jasanya di Masjid Sheikh Zayed sejak sekitar pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Sementara penghasilan yang bisa diraupnya sekitar Rp80.000 hingga Rp100.000.
Namun, selama Ramadan ini, Ali mengaku sulit untuk mencari pelanggan. Sebab, ia dan teman-temannya baru bisa mulai mencari pelanggan di Masjid Sheikh Zayed pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Selain itu, pengunjung saat Ramadan, menurut dia, kebanyakan warga Solo yang ingin berbuka bersama di Masjid Sheikh Zayed.
“Walaupun ramai, tapi rata-rata warga sekitar untuk cari takjil, jadi susah,” kata dia.
Hal yang sama juga dialami warga asal Mojosongo yang menjadi salah satu fotografer di Masjid Sheikh Zayed, Bejo, 53. Saat ditemui Esposin, Rabu (27/3/2024), ia mengaku seharian belum mendapat pelanggan yang sudi yang menggunakan jasanya.
Bejo menyampaikan bahwa untuk mendapat pelanggan, fotografer harus terus bergerak menjajakan jasanya ke tiap pengunjung Masjid Sheikh Zayed.
“Kami harus lincah, menawarkan foto ke pengunjung sejak dari pintu masuk, makannya semakin gesit semakin banyak penghasilannya,” kata Bejo.
Sementara itu, Ali menjelaskan kepada Esposin bagaimana cara mereka bekerja, mulai dari mencari pelanggan hingga mencetak hasil foto.
Biasanya, kata Ali, mereka membuat kelompok kecil yang berisi tiga orang. Dengan pembagian kerja untuk dua orang bertugas mencari pelanggan, sementara satu orang bertugas mencetak foto yang dihasilkan oleh ketiga temannya itu di percetakan.
“Gitu lebih memudahkan kami. Hasilnya nanti dibagi tiga. Itu pun masih harus bergantian dengan yang lainnya, gak enak kalau semua pelanggan diambil oleh satu orang atau satu kelompok,” kata dia.