Madiunpos.com, KLATEN -- Usaha kerajinan batik di Klaten hingga kini masih sulit bangkit dari keterpurukan akibat dampak pandemi Covid-19. Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdagkop dan UKM) Klaten berharap adanya intervensi Pemerintah Provinsi Jateng dan pusat untuk mendorong usaha batik kembali bergeliat.
Kabid Koperasi dan UKM Disdagkop dan UKM Klaten, Sri Masturi, mengakui tak semua usaha kerajinan batik macet sejak ada pandemi Covid-19. Hingga kini, masih ada yang tetap berproduksi. “Tetapi hanya sedikit. Itu pun belum bisa terjual karena kondisi pasar juga lesu,” kata Masturi saat berbincang dengan Esposin, Rabu (30/9/2020).
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Soal bantuan yang diberikan agar UMKM terutama batik kembali bergeliat, Masturi mengatakan belum ada program khusus. Hal itu menyusul terbatasnya anggaran yang dikelola Disdagkop dan UKM Klaten.
SMAN 2 Klaten Ditunjuk Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka, Sudah Siap?
Masturi hanya bisa mengimbau para pelaku UMKM bersabar lantaran pandemi Covid-19 juga belum bisa dipastikan kapan berakhir. “Tetap sabar berusaha untuk bisa berkarya dan kami berharap jangan PHK karyawan. Semoga pemerintah segera memberikan bantuan agar bisa berwirausaha lagi dan pandemi Covid-19 segera hilang,” ungkap dia.
Terkait bantuan sosial (bansos) produktif untuk UMKM senilai Rp2,4 juta, Kepala Disdagkop dan UKM Klaten, Bambang Sigit Sinugroho, mengatakan ada sekitar 50.000 pelaku usaha yang mendaftarkan diri. Bambang mengaku pihaknya sudah mengajukan nama-nama itu ke Kemenkop dan UKM untuk mendapatkan bantuan tersebut.
Kasus Covid-19 di Klaten Tambah 1 dari Tulung, 6 Pasien Berhasil Sembuh
Mulai Merintis Kembali
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Jarum, Kecamatan Bayat, Iswanta, mengatakan ada 28 pengrajin batik di desanya dengan ratusan karyawan. Pada tiga bulan awal pandemi Covid-19 terjadi, aktivitas kerajinan batik macet total. Begitu pula kunjungan wisatawan ke Jarum mandek. Seluruh kunjungan dibatalkan.Belakangan, para pengrajin batik mulai merintis usaha mereka kembali. Sejumlah tamu dengan jumlah terbatas juga mulai mendatangi para perajin. “Tetapi ini belum pulih seperti sebelumnya. Jadi para pengrajin itu baru mau membatik ketika benar-benar ada pesanan. Tidak seperti sebelumnya, mereka berproduksi terus. Ini mereka lakukan karena memang kondisi permodalan mepet,” jelas Iswanta.
Diduga Tak Netral di Pilkada & Dipanggil Bawaslu, 4 Kades di Klaten Disuruh Klarifikasi
Terkait upaya pemerintah desa menggeliatkan kembali UMKM, Iswanta berencana menggulirkan program bantuan ke UMKM memanfaatkan dana desa. Namun, pemerintah desa masih menyusun formulasi yang tepat untuk menyalurkan bantuan itu.Salah satu pengrajin batik di Desa Jarum, Sarwidi, berharap pasar batik kembali terbuka. Pasalnya, sejak awal pandemi Covid-19 terjadi hingga saat ini, penjualan batik lesu lantaran menurunnya daya beli masyarakat. “Kalau saya sendiri bukan pada nominal bantuan. Saya berharap pasarnya bisa terbuka lagi. Itu sudah senang. Kalau pasar kembali terbuka, aktivitas usaha berputar lagi dan ini yang membuat kami lebih semangat,” jelas dia.
Salah satu ciri khas batik dari Desa Jarum adalah penggunaan pewarna alami di setiap produk batik mereka.
Kantor Desa Karangasem Klaten Dikontrakkan, Harganya Murah Banget
Beritut data terperinci pelaku UMKM di Klaten :
- Jumlah UMKM batik di Klaten : 340 pelaku usaha
- Jumlah pembatik di Klaten : 997 orang
- Salah satu sentra kerajinan batik di Klaten di Desa Jarum, Kecamatan Bayat
- Jumlah pelaku UMKM batik di Jarum : 28 orang