Esposin, SRAGEN -- Kegiatan belajar mengajar di SDN 1 Pantirejo, Kecamatan Sukodono, Sragen, hampir selesai, Rabu (9/11/2016) siang.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Hanya tiga orang guru yang beraktivitas di kantor guru. Sutarno, salah satu guru, memanggil lima siswi kelas IV saat wartawan bertanya tentang peristiwa dugaan percobaan penculikan pada Selasa (8/11/2016) siang.
Setelah beberapa saat, tiga anak berhijab dan dua anak tak berjilbab memasuki ruang guru. Mereka Zh, 9, Am, 9, Nd, 9, Id, 9, dan Mt, 9. Mereka teman sepermainan satu dukuh yang terletak 1 km arah timur sekolah.
Am berkisah tentang peristiwa yang menimpanya dan keempat temannya pada Selasa pukul 13.00 WIB. Mereka pulang sekolah pukul 12.00 WIB.
Mereka berlima mengayuh sepeda angin kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar tambahan mata pelajaran IPA dan PKn. Sesampainya di sekolah, sepeda diparkir seperti biasa.
Mereka bermain-main di halaman sekolah sembari menunggu guru, Puji Lestari, wali kelas III yang biasa memberi bimbingan belajar kepada anak-anak.
“Saat itulah, ada empat orang laki-laki datang mendekati kami. Mereka bertubuh tinggi, ada yang berkumis. Tiga orang di antaranya memiliki tato di kedua lengannya. Mereka menarik tangan kanan saya dan kemudian membungkam mulut saya dengan tangannya seraya menodongkan pisau di leher saya. Saya berontak dan pisau terjatuh. Saya dibanting ke tanah. Saat berdiri, tubuh saya diputar-putar sampai saya pusing,” ujar Am saat bercerita kepada Esposin di ruang guru.
Keempat pelaku menangkap keempat siswi lainnya dan membungkam mulut mereka agar tidak berteriak. Salah satu penculik yang membawa Nd mendekati Am yang masih pusing dan membawa bersamaan ke arah mobil Toyota Avanza berwarna abu-abu yang diparkir di sebelah barat pintu gerbang sekolah.
Selama perjalanan 30 meter, mereka berontak. Pintu mobil dibuka oleh dua orang anggota komplotan penculik yang sembunyi di dalam mobil. Zh berontak dengan menggigit tangan penculik.
Nd juga ikut mengigit tangan pelaku. Sementara Mt berontak dengan menendang ke arah belakang mengenai kaki penculik. Id pun berusaha melepaskan bungkaman tangan penculik. Di saat bersamaan, Am menggigit tangan penculik.
“Dengan berontak itu kami bisa terlepas dari tangkapan mereka. Pistol yang dibawa salah satu penculik terjatuh saat itu. Saya dan Zh sempat memegang pistol itu kemudian direbut penculik. Kemudian kami pun berlari bersama-sama ke arah rumah. Untungnya tidak dikejar,” ujar Am diamini keempat temannya.
Am sempat melihat ada percikan darah di tempat duduk sopir mobil yang pintunya terbuka sebelum berhasil meloloskan diri. Am juga melihat ada seorang perempuan di dalam mobil.
Wajah perempuan itu mirip orang yang terduga penculik yang fotonya beredar via Whatsapp. Perempuan muda itu mengenakan baju putih bergaris, bercelana hitam, rambut lurus sebahu, dan berkacamata hitam.
Ciri-ciri perempuan yang diceritakan Am sama dengan pelaku percobaan penculikan di Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, beberapa waktu lalu.
SDN tersebut memiliki 74 siswa dari kelas I-VI. Sejak peristiwa tersebut, banyak orang tua yang mengantar dan menjemput anak-anak mereka saat berangkat dan pulang sekolah.
Sekolah itu terletak di dekat jalan raya Gesi-Sukodono dan dikelilingi areal persawahan. “Setelah mendengar cerita itu, sejak Selasa sore kami meminta orang tua menjemput dan mengantar anak ke sekolah. Biasanya hanya beberapa orang yang menjemput anak-anak, sejak tadi pagi [kemarin] banyak orang tua yang menjemput anak mereka,” ujar salah satu guru, Puji Lestari.
Tim Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Sragen yang dipimpin Kasatreskrim AKP Supadi terjun langsung ke SDN 1 Pantirejo. Mereka meminta keterangan kelima anak itu dan para guru sekolah.
Mereka sempat merekonstruksi kronologi peristiwa itu dengan melibatkan kelima anak itu secara langsung di depan sekolah. Dalam kesempatan itu, Kasareskrim AKP Supadi mewakili Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso meminta sekolah memasang spanduk berisi imbauan kepada orang tua dan warga di depan sekolah.
“Pintu pagar harus tertutup rapat selama proses belajar mengajar. Bila perlu tempatkan petugas untuk berjaga di pintu gerbang sekolah. Kalau memungkinkan pasang kamera CCTV [closed circuit television]. Saya pun akan berkoordinasi dengan Camat dan Kapolsek untuk mengantisipasi dan menyelidiki kasus tersebut agar tidak terulang kembali,” ujar Supadi.