Esposin, SOLO - Pencemaran air sungai di Kota Solo tinggi didominasi dari limbah tekstil. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang meneliti pencemaran air sungai di Kota Bengawan.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo ketika dijumpai
Hasilnya menunjukkan adanya pencemaran limbah tekstil. Selain limbah tekstil, limbah pabrik buangan luar daerah juga mendominasi pencemaran air sungai.
Selama ini, Wali Kota mengatakan Kota Solo masih menjadi daerah penerima jasa limbah buangan dari daerah lain. Hal ini mengingat kondisi Kota Solo yang berada di wilayah cekungan daerah Soloraya.
“Solo itu cekungan jadi aliran sungai dari mana-mana ya diterimanya di Solo. Jadi penanganan pencemaran limbah tidak bisa kita lakukan sendiri, harus dengan daerah lain,” ujar dia.
Wali Kota mengatakan penanganan pencemaran sungai tidak bisa hanya dilakukan satu daerah, tapi harus bersama-sama.
Wali Kota mengatakan beragam upaya terus digalakkan Pemkot melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) dalam penanganan pencemaran limbah.
Di antaranya membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri kecil, pembangunan biogas pada sentra industri tahu/tempe, serta pembangunan penampung air.
Selain mengatasi masalah pencemaran sungai, Pemkot juga tengah melakukan upaya penyediaan sanitasi yang sesuai standar.
Tahun ini, Wali Kota mengatakan akan membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Semanggi, Pasar Kliwon. Pembangunan tersebut dinilai menjadi salah satu cara untuk memenuhi suplai air bersih di Kota Bengawan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solo, Ahyani sebelumnya mengungkapkan seluruh sungai di Solo tercemar bakteri Escherichia coli (e-coli). Sungai yang tercemar di antaranya Sungai Gajah Putih, Kali Anyar, Sungai Pepe, Sungai Brojo, Sungai Jenes, dan Sungai Bhayangkara.
Sumber pencemaran terbesar adalah limbah rumah tangga dan industri kecil yang masih dibuang ke aliran sungai.
Tak hanya itu, Ahyani mengungkapkan masih banyaknya sistem pembuatan septic tank warga tidak sesuai standar. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya bakteri yang mencemari sumur dan sumber air tanah dangkal yang banyak dikonsumsi warga Solo.
“80 Persen sumur warga tercemar bakteri E-coli karena kotoran langsung dibuang ke tanah tanpa ada pengolahan, sehingga langsung meresap. Air tanah dangkal ini masih menjadi sumber andalan pemenuhan konsumsi air bersih sebagian warga Solo, padahal terkontaminasi bakteri e-coli,” kata dia.