Sragen (Esposin) - Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, drh Prabowo Respatiyo Caturroso MM PhD, menyatakan kasus antraks di Kabupaten Sragen terkendali dengan penanganan sinergi antara Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Balai Besar Veteriner (BBVet).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Kedatangan Dijen Peternakan dan Kesehatan Hewan ke Sragen bersamaan dengan rombongan BBVet DIY. Kedatangan mereka disambut Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman dan Disnakkan Sragen. Selanjutnya, mereka mengunjungi korban penyakit antraks di Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri yang dinyatakan positif terkena penyakit antraks.
Menurut dia, kebijakan Bupati sekarang lebih terbuka tentang antraks bila dibandingkan Bupati sebelumnya. Untuk pengobatan ternaknya, kata dia, ada 10 dokter hewan dibantu BBVet untuk surveilans. "Saya optimistis tidak lama lagi, antraks bisa terkendali. Saya membawa bantuan obat-obatan untuk antraks ke Sragen. Namun, obat-obatan itu masih tertahan di Bandara Soekarno-Hatta. Bantuan kedua kali ini lebih dari cukup untuk pengobatan hewan sebanyak 80.000 ekor sapi dan 150.000 ekor kambing dan domba," tegasnya.
Kepala BBVet Wates, DIY, drh Ahmad Junaidi, menambahkan dari empat kasus kematian sapi di Sragen, hanya kematian sapi di Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri yang dinyatakan positif antraks berdasarkan hasil uji laboratorium BBVet. Kematian sapi di Desa Doyong, Miri, Desa Sambiduwur, Tanon dan Desa Saradan, Karangmalang dinyatakan negatif antraks.
"Kematian sapi di tiga desa itu bukan antraks tetapi disebabkan malnutrisi atau kurang gizi, sehingga sapi itu cacingan dan mati. Saya hanya menekankan kepada warga agar lebih menjaga sanitasi kandang," pungkasnya.
trh