Esposin,SOLO– Para pemulung yang tergabung dalam paguyuban pemulung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo menilai perhatian Pemkot Solo terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pemulung masih minim. Mereka berharap bisa mendapatkan bantuan alat pelindung diri (APD) guna menunjang pekerjaannya.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Paguyuban Pemulung TPA Putri Cempo, Karni, 48, saat ditemui Esposin, Rabu (10/7/2024) di sekitar TPA.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Pantauan Esposin, Rabu siang, di Putri Cempo, puluhan pemulung bekerja tanpa menggunakan APD yang memadai. Mereka tidak memakai sepatu yang laik, tidak memakai masker, dan masih memakai pakaian yang tidak bisa melindungi tubuh mereka dari paparan sinar matahari.
Karni mengatakan kebiasaan para pemulung bekerja tanpa memakai APD sudah berlangsung lama. Padahal, menurut dia, hal itu membahayakan keselamatan dan kesehatan para pemulung.
“Mereka itu memakai sepatu ya seadanya saja, kalau nemu sepatu di tumpukan sampah ya dipakai. Tapi kalau tidak ada ya pakai sandal. Masker juga jarang sekali mereka pakai. Padahal di sini aroma gas metannya sangat menyengat,” kata dia.
Dia menjelaskan, bahwa bila tidak memakai APD khususnya sepatu booth itu risiko kaki tertusuk benda-benda tajam yang ikut terbawa sampah cukup tinggi. Dan kalau tidak pakai masker, kata dia, pemulung dini sering mengeluh pusing dan kadang beberapa ada yang batuk karena terlalu banyak menghirup gas metan.
“Ya masih ada juga pemulung yang tidak memakai caping atau pakaian panjang, padahal jika terkena matahari terlalu lama juga di kulit rasanya tidak nyaman dan terasa panas,” jelas dia.
Belum lagi, kata dia, para pemulung punya jam kerja yang cukup panjang. Bahkan ada yang sampai 12 jam dalam sehari berada di atas gunungan sampah Putri Cempo.
Menurut dia, masih minimnya pemulung yang memakai APD disebabkan sejumlah faktor. Mulai dari faktor kesadaran akan keamanan dan keselamatan yang masih rendah dan faktor ekonomi karena sebagian dari mereka belum mampu membeli APD seperti sepatu boots, caping, masker, dan pakaian panjang. .
“Soalnya dinas terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) jarang memberikan edukasi soal keselamatan kerja pemulung. Semoga DLH bisa hadir dengan memberikan edukasi dan membantu kami dengan menyediakan APD,” jelas dia.
Saat ini, kata dia, jumlah pemulung di Putri Cempo jumlahnya ratusan dan berasal dari Karanganyar, Boyolali dan sejumlah daerah lainnya. Hanya, untuk mayoritas pemulung berasal dari RW 39 Mojosongo, Solo dengan jumlah mencapai 100-an orang
Sementara itu, organisasi nonpemerintah pemerhati lingkungan Gita Pertiwi melalui Direktur Program, Titik Eka Sasanti, mengatakan bahwa pekerjaan pemulung itu mulia bagi lingkungan. Namun, menurut dia, para pemulung tak harus sampai mengorbankan keselamatannya.
“Pemulung adalah orang yang paling berjasa dalam pengelolaan sampah tapi punya risikonya besar.” kata dia belum lama ini.
“Risiko lain, karena sampah yang tercampur untuk pemulung dapat berakibat pada kesehatannya dan potensi terpapar bahan beracun di sampah terlebih jika tidak memakai APD yang memadai” lanjut dia.