KARANGANYAR -- Sikap tersangka pembunuhan, Nanang Harjantoro, 20, yang membunuh sahabat karibnya, Ari Munadi,20, tidak menunjukkan kegelisahan selama satu setengah bulan mulai saat pembunuhan hingga penemuan potongan mayat korban. mayat korban belum ditemukan. Tersangka membunuh korban pada 7 November 2012 sementara potongan mayat ditemukan 20 Desember lalu.
Informasi yang dihimpun Esposin, menyebutkan setelah kejadian, Nanang yang bekerja di Solo Paragon tidur di rumahnya yang beralamat di RT 002/RW 006, Dusun Tunggulrejo, Desa Salam, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. Rumah bercat hijau yang tampak sederhana itu letaknya sekitar 300 meter dari lokasi penemuan potongan mayat korban.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Setelah menamatkan sekolah, Nanang bekerja di Kota Solo. Terkadang, anak bungsu dari dua bersaudara tersebut tidur di mess karyawan di Solo. Di rumahnya, Nanang tinggal bersama ibunya dan seorang sepupunya yang masih bersekolah. Nanang adalah alumni SMK Bina Karya, Karanganyar. Dia menamatkan sekolah pada 2010 lalu.
Seperti hari biasa, Nanang melakukan aktivitasnya berangkat dan pulang kerja. Tidak ada sikap maupun perilakunya yang berubah selama mayat korban belum ditemukan. Nanang tidak memperlihatkan perubahan sikap dan gelagat kegelisahan. Padahal jarak waktu pembunuhan dengan penemuan potongan mayat sekitar satu setengah bulan..
“Tidak ada yang beda sikapnya, biasa saja. Saya tidak percaya anak saya melakukan pembunuhan,” ujar Ibu Nanang, Suharti saat ditemui Esposin di rumahnya, Kamis (27/12/2012).
Suharti mengaku telah menjenguk Nanang di ruang tahanan Polres Karanganyar beberapa hari lalu. Dia tidak mengetahui anaknya melakukan perbuatan sadis dengan menghilangkan nyawa korban. Dia mengetahui anaknya terlibat kasus pembunuhan tersebut setelah beberapa petugas mendatangi rumahnya pascapenemuan potongan mayat. Kala itu, Nanang berpamitan pergi ke rumah Bapaknya, Sukardi Prawiro di Ngawi, Jatim.
Di matanya, Nanang merupakan anak pendiam. Semasa sekolah, kesehariannya dihabiskan di rumah. Terkadang, Nanang berkumpul dengan teman-temannya namun pasti pulang ke rumah.
“Nanang anak yang baik, dia tidak lupa menjalankan shalat lima waktu. Nanang juga tak pernah mabuk-mabukkan,” katanya sambil menitikkan air mata.
Suharti ingin bertemu keluarga korban untuk meminta maaf atas perbuatan anaknya. Namun, dia merasa takut karena kemungkinan besar keluarga korban akan marah dan tidak mau menerima permohonan maafnya.
“Saya pingin banget meminta maaf kepada keluarga korban dan mendoakan arwah korban agar diterima di sisi-Nya. Belum sempat takut keluarga korban malah marah,” paparnya.
Sementara istri Ketua RT 002, Nani, menjelaskan selama ini, kepribadian Nanang sebagai anak pendiam. Dia selalu bersosialisasi dengan warga sekitar saat berada di rumah. Saat ada hajatan, Nanang selalu membantu dengan nyinom. Dia juga selalu menghadiri kegiatan kepemudaan yang dilaksanakan pemuda setempat.
Nani juga tidak menyangka Nanang bisa berbuat keji dengan menghabisi nyawan korban. Padahal, hubungan tersangka dengan korban adalah sahabat karib. “Anak saya bersebelahan duduknya dengan Nanang saat ada acara kepemudaan. Saat itu Rabu malam sebelum potongan mayat ditemukan,” jelasnya.
Sementara Kasatreskrim Polres Karanganyar, AKP Fadli, mewakili Kapolres Karanganyar, AKBP Nazirwan Adji Wibowo, menyatakan saat pesta miras, korban sempat menanyakan hubungan tersangka dengan wanita berinisial A. Lantaran tak puas dengan jawaban tersangka, korban lalu menampar bagian pipi tersangka. Tak pelak terjadi duel satu lawan satu.
Mereka berkelahi di lokasi kejadian cukup lama. Tersangka lalu mencekik leher korban dan meninggalkannya di lokasi kejadian. Dia lalu mengambil pisau di rumahnya dan kembali ke lokasi kejadian untuk menghabisi korban.
“Mereka duel satu lawan satu setelah korban menanyakan hubungan tersangka dengan wanita berinisial A,” jelasnya.