Esposin, SOLO -- Peluang kerja sebagai pengasuh orang lanjut usia (lansia) atau caregiver di Jepang sangat terbuka lebar bagi lulusan SMK Kesehatan. Tak main-main, gaji yang ditawarkan mencapai Rp18 juta-Rp25 juta per bulan.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Persatuan SMK Kesehatan Indonesia (Persemki), Singgih Purnomo, saat jumpa wartawan di Hotel Grand City, Sondakan, Laweyan, Solo, Jumat (16/12/2022). Menurut Singgih, kebutuhan pengasuh orang lansia selama setahun di Jepang mencapai 500.000 orang.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Sedangkan Indonesia hanya mampu mengirim pekerja migran sebagai pengasuh orang lansia sekitar 200.000 orang dalam setahun. "Peluang kerja ke Jepang terbuka lebar. Terutama bagi lulusan SMK Kesehatan. Selain mendapatkan penghasilan tinggi, mereka juga mendatangkan devisa bagi negara," ujarnya.
Singgih menyebut peluang kerja yang terbuka lebar itu menyusul tingginya permintaan pengasuh orang lansia di Jepang lantaran sebagian besar masyarakat sibuk bekerja. Mereka lantas menitipkan orang tua mereka yang sudah lansia ke panti jompo atau dirawat oleh pengasuh.
Guna memperkuat skill atau keterampilan, SMK Kesehatan menyiapkan sarana dan prasarana serta fasilitas mumpuni. Sekolah membangun gedung yang mirip rumah sakit lansia. "Ini keunggulan kurikulum yang diterapkan di SMK Kesehatan. Kami berupaya meningkatkan kualitas lulusan guna mendongkrak daya serap di dunia kerja," ujarnya.
Baca Juga: Menhub Bahas Potensi Kerja Sama Transportasi dengan Jepang dan Korsel
Sebenarnya, lanjutnya, pengasuh orang lansia asal Indonesia lebih disukai saat bekerja di negeri Matahari Terbit. Pekerja migran asal Indonesia cenderung merawat dan mengasuh orang lansia dengan lembut dan telaten. Hal ini yang membedakan dengan pengasuh lansia asal negara lain.
Namun, faktor bahasa menjadi kendala utama dalam penyerapan tenaga pengasuh orang lansia asal Indonesia di Jepang. "Khusus keperawatan masih didominasi Thailand dan Filipina karena unggul dalam komunikasi. Namun, mereka kalah kualitasnya dibanding pekerja asal Indonesia," paparnya.
Guna meningkatkan kualitas dan skill lulusan SMK Kesehatan, para siswa didorong untuk menambah skill bahasa sejak duduk di kelas X. Hal ini disokong kesiapan mental dan dukungan orang tua untuk menangkap peluang kerja di Jepang tersebut.
Baca Juga: Perkuat Kerja Sama Pekerja Migran, Indonesia Datangkan 2 Advisor dari Jepang
Sementara itu, Sekjen Persemki, Nano Priyatno, menyampaikan rangkaian HUT ke-7 Persemki digelar selama dua hari pada 17-18 Desember. Rangkaian kegiatan diawali dengan seminar nasional yang dilanjutkan pameran produk inovasi pelajar SMK Kesehatan.
Dalam kesempatan itu, ada launching kurikulum kesehatan guna memperkuat jaringan usaha dan serapan tenaga kerja ke luar negeri. "Nanti pameran direncanakan dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo," ujarnya.