Esposin, SOLO — Radikalisme berpotensi melahirkan teroris yang terorganisasi serta memiliki mata rantai jaringan di berbagai daerah. Gerakan ini tidak lepas dari pendanaan, maka hal ini perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh penyedia jasa keuangan (PJK) dengan pelatihan anti pencucian uang.
Langkah antisipasi terorisme itu juga harus dilakukan bank perkreditan rakyat). Tujuannya agar agar BPR tidak terlibat dalam kegiatan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Bit-To UP10TION Positif Covid-19, Artis K-Pop Ketir-Ketir
Demikian disampaikan, Direktur Amalia Consulting, Suharno, saat menjadi fasilitator Workshop Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) dan Peningkatan Kinerja SDM di Indah Palace Hotel, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (1/12/2020). Workshop itu diselenggarakan PT BPR Ihuthan Ganda Kartasura, Sukoharjo, Jateng.
“Bila sampai BPR terlibat dalam kasus pencucian uang dan pendanaan terorisme, maka citra, reputasi, dan keberlangsungan BPR dipertaruhkan,” kata dia, kepada Esposin, Rabu (2/12/2020).
Ruang Gerak Terorisme
Menurutnya, ruang gerak dan jaringan teroris tidak saja antarkota, antardaerah, namun juga lintas negara dengan menggunakan sarana dari senjata yang sederhana, sampai senjata pemusnah massal, seperti senjata biologi, kimia, dan nuklir.Di samping materi APU PPT Dosen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Unisri Solo ini memandu workshop peningkatan kinerja SDM untuk bisa mewujudkan Rencana Bisnis Bank (RBB) 2021. “Workshop diikuti 51 peserta, mulai dari jajaran komisaris, direksi, dan para karyawan,” jelas dia.
KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos