Esposin, KARANGANYAR -- Begitu acara pelantikan bupati dan wakil bupati Karanganyar terpilih periode 2013-2018, Juliyatmono-Rohadi (Yuro) di Taman Pancasila, Minggu (15/12/2013) selesai, puluhan pemulung langsung berhamburan mengerubungi kursi tamu undangan.
Dengan pakaian yang serba lusuh, mata mereka dengan teliti memungut sampah yang berserakan di kompleks Taman Pancasila. Para pemulung itu dengan tekun memunguti sampah yang berupa kertas dan botol bekas air mineral itu.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Di saat ribuan mata tertuju pada sosok Yuro, mereka seolah tak terlalu memperhatikan pemimpin Bumi Intapari itu. Yang ada di benak mereka adalah mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya demi menghasilkan rupiah untuk kebutuhan keluarga.
Di hadapan mereka, kumpulan sampah yang berserakan itu tak ubahnya sebongkah perhiasan. Berkat usaha mereka, dalam sekejap sampah di Taman Pancasila dibawa pulang para pemulung itu.
“Para pemulung yang datang ke sini tersebar dari berbagai daerah di Karanganyar, seperti dari Matesih, Karangpandan dan beberapa daerah lainnya. Pemulung ini tergabung dalam Paguyuban Warga Alit (PWA) Karanganyar yang terdiri atas 180 orang. Hanya, saat ini yang datang tidak mencapai angka itu. Hanya puluhan pemulung,” kata Wakil Ketua PWA Karanganyar, Yatno, saat ditemui Esposin seusai pelantikan.
Setelah sukses mengumpulkan sampah, para pemulung itu beranjak ke pengepul barang yang ada di Karanganyar dengan sepeda anginnya. Mereka berniat memetik hasil sampah sebelum kembali ke angota keluarga di rumah.
“Sampah yang sudah terkumpul akan dijual terlebih dahulu. Biasanya, sampah kertas dihargai Rp500 per kilogram dan sampah botol bekas air mineral senilai Rp3.000 per kilogram. Kami tak mematok dalam sehari harus dapat berapa, yang penting ada hasil untuk dimakan bersama keluarga. Di luar pelantikan, biasanya kami keliling ke desa-desa untuk mencari sampah,” kata pemulung lainnya, Sri Sulastri.