Esposin, KLATEN–Soto sapi Mbah Gito Birun, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Klaten, sudah ada sejak 1950-an. Daging sapi segar menjadi rahasia kelezatan soto yang hanya buka saban pasaran Legi itu tetap nikmat.
Generasi kedua yang tak lain putra Mbah Birun, Ismudja, 65, menjelaskan sejak awal buka hingga kini daging sapi yang digunakan merupakan daging sapi segar. Meski kini daging sapi lagi gonjang-ganjing lantaran harganya meroket, Ismudja bertekad tak menurunkan kualitas daging yang digunakan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
“Saya beli daging sapi tetap standar yang bagus. Jadi dari daging yang pagi disembelih, kemudian saya rebus dan keesokan paginya dibawa ke sini untuk disajikan. Kalau saya pribadi jika tidak menggunakan daging yang benar-benar fresh, kualitas rasanya sudah tidak nikmat,” kata saat ditemui Esposin, Minggu (6/3/2022).
Baca Juga: Warung Soto Mbah Gito Birun Klaten, Buka Hanya Saat Pasaran Legi
Selain daging sapi yang masih segar, Ismudja menjelaskan kuah soto dan daging dimasak serta direbus menggunakan perapian kayu. Dia menilai aroma dan kualitas rasa daging sapi lebih nikmat ketika dimasak menggunakan kayu bakar.
“Kalau memasak dagingnya di rumah. Cara memasaknya masih tradisional menggunakan kayu bakar. Kemudian dibawa ke sini [menggunakan perapian dengan bahan bakar elpiji]. Kalau dulu yang di warung masih menggunakan kayu bakar dan atap sedikit dibuka. Makanya tidak heran tembok dan atapnya menghitam,” jelas dia.
Seporsi soto daging sapi saat ini seharga Rp13.500 dengan porsi kecil Rp11.500. Warung itu juga menyajikan gorengan serta aneka jeroan sapi yang diolah sendiri oleh pengelola. Warung itu hingga kini belum memiliki cabang di tempat lain.
Baca Juga: Harga Murah! Soto Kering Bu Yati Delanggu Klaten Bikin Nagih
Soto Mbah Gito Birun memiliki pelanggan setia dari berbagai daerah. Tak hanya Klaten, mereka berdatangan dari berbagai kota seperti Jogja, Solo, hingga Semarang. Warung itu juga memiliki pelanggan dari para perantau yang berdaangan. Seperti dari Kalimantan dan pulau lainnya di Indonesia. Selain menikmati soto, mereka juga kerap berbelanja kecap bikinan Ismudja.