Sukoharjo (Esposin)--Warga Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, Sukoharjo mengeluhkan kerusakan saluran di Dukuh Bulurejo yang kian parah memasuki musim penghujan.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Selain menghanyutkan tanah pekarangan warga, luapan air dan lumpur menyebabkan jalan Weru – Watu Kelir sering dipenuhi lumpur.
Sekretaris Desa (Sekdes) Karangmojo, Sudarsono, menyatakan pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak guna mengatasi persoalan tersebut. Pihaknya berharap segera ada perhatian dari Pemkab Sukoharjo karena jika dibiarkan berlarut-larut kerusakan saluran dipastikan akan kian bertambah parah.
“Kita sudah lapor sejak dulu. Semua instansi juga sudah mengecek, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan soal perbaikan. Warga berharap secepatnya,” ungkapnya ketika ditemui Espos, pekan lalu.
Sudarsono menyebutkan proyek perbaikan saluran di Bulurejo membutuhkan biaya ratusan juta karena satu paket dengan pembangunan jembatan yang ambrol di lokasi.
Menurut dia, anggaran untuk realisasi dua kegiatan itu mencapai Rp 700 juta - Rp 800 juta sehingga desa tidak akan mampu.
Terpisah Kepala Dusun (Kadus) Ngadisari, Desa Karangmojo, Ngateman,mengatakan titik longsor saluran di Bulurejo terus melebar setelah datangnya musim hujan. Dia mempekirakan saluran yang rusak berat karena tidak mampu menampung debit air ketika banjir mencapai sepanjang 700 meter.
“Selain merusak saluran, banjir juga membawa lumpur dan membuat jalan (Weru-Watu Kelir) selalu tertutup lumpur setelah hujan. Akibatnya jalan sangat licin dan sering terjadi kecelakaan,” paparnya.
Menurut Ngateman, warga sudah berupaya memasang patok-patok di sepanjang tepi saluran untuk meminimalisasi adanya risiko longsor ketika musim penghujan. Namun, kata dia, hal itu tidak efektif karena kayu atau bambu yang dipasang tidak mampu bertahan lama dan hilang terbawa arus banjir.
“Kalau penanggulangan warga tidak tahu harus bagaimana lagi, kami tunggu pemerintah. Apalagi biayanya sangat besar. Sekarang kasihan masyarakat sering jadi korban saat melintas di jalan di bawah saluran yang selalu penuh lumpur dan sangat lincin setelah turun hujan dan banjir,” keluhnya.
Ngateman menambahkan, kondisi saluran kian memprihatinkan karena setiap terjadi banjir hampir pasti disertai longsor saluran.
“Musim penghujan seolah-olah kalau kena air tanah seperti lumpur, langsung larut dan terbawa arus, tidak ada kekuatan yang membuatnya tetap bertahan.”
(try)