KLATEN-- Memasuki musim kemarau, sejumlah petani di berbagai daerah di Klaten ketar-ketir. Pasalnya mereka khawatir bila kekurangan air untuk mengairi lahan sawahnya saat musim kemarau tiba.
Salah satu petani di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Jiman, mengaku khawatir bila ke depan tidak berkecukupan air. Aliran air yang dekat dengan sawahnya pun, kini debit airnya sudah tidak sebanyak beberapa pekan yang lalu.
“Kami tidak bisa berbuat banyak karena ini sudah menjadi kehendak alam,” ujar Jiman saat ditemui wartawan, Senin (2/4/2012) pagi.
Menurutnya, saat ini musimnya tidak bisa terbaca dengan jelas. Sebagai petani, ia pun kadang khawatir karena salah satu faktor yang menjadikan padi yang ia tanam berhasil atau tidak, yakni dari faktor alam.
Petani lain di Karanganom, Susilo, juga mengaku waswas dengan musim yang tak menentu. Pasalnya pada awal 2012 lalu diprediksi hujan sudah tidak turun. Namun ternyata perhitungan itu meleset dan justru turun hujan. Jika kondisinya tak menentu seperti itu, terang Susilo, maka akan memudahkan penyebaran wereng pula.
“Wereng itu sangat suka dengan habitat yang hangat, yakni kadang panas kadang hujan seperti yang lalu,” ujarnya. Menurutnya, bila musimnya jelas yaitu kering atau hujan terus, maka akan memudahkannya untuk mengelola padi.
Jika memang saat ini sudah memasuki kemarau, imbuh Susilo, ia juga belum akan menanam padi maupun tanaman palawija yang bisa ditanam pada musim kemarau atau jenis padi yang tahan tanpa air. Pasalnya, ia kapok pernah mencoba menanam padi pada musim kemarau, namun ternyata hujan turun. Ia mengaku untuk saat ini menunggu momen yang tepat untuk menanam pada masa tanam kedua ini.