Esposin, WONOGIRI — Para petani di Kabupaten Wonogiri sudah bisa mulai menanam tanaman pangan seperti padi dan lainnya pada akhir September 2024 ini. Hal itu karena hujan sudah mulai sering mengguyur wilayah Kabupaten Wonogiri.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, menerangkan berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan di Wonogiri sedikit lebih maju yakni pada akhir September 2024.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Dengan kondisi itu, maka sudah aman bagi petani untuk memulai masa tanam padi, khususnya di lahan-lahan sawah tadah hujan. ”Petani sudah bisa menanam mulai akhir bulan ini. Meski begitu, harus tetap waspada karena ada potensi juga terdapat jeda hujan walaupun tidak lama,” kata Baroto saat ditemui Espos.id di ruang kerjanya, Kamis (26/9/2024).
Dia menerangkan lahan pertanian padi dan pangan lainnya di Kabupaten Wonogiri banyak yang mengandalkan hujan untuk pengairan. Pada tahun ini banyak dari mereka yang hanya bisa panen sekali karena terdampak kemarau panjang akibat anomali El Nino.
Sekarang, lanjut Baroto, kondisinya berubah menuju La Nina. Artinya cuaca akan lebih basah sehingga intensitas dan frekuensi hujan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Sebelumnya, pada pekan kedua September 2024, Baroto mengimbau agar petani tidak buru-buru menanam padi meski sudah turun hujan beberapa hari. Sebab saat itu memang belum memasuki musim hujan dan ada jeda lebih dari satu pekan tidak ada hujan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Sri Maryati, menjelaskan berdasarkan prediksi cuaca BMKG, Wonogiri masuk dalam wilayah yang lebih cepat memasuki musim hujan 2024.
Adapun puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Februari 2024. Durasi musim hujan di Wonogiri diprediksi berlangsung selama lima sampai enam bulan. Durasi ini lebih pendek dibandingkan sejumlah wilayah lain di Jawa Tengah seperti Banjarnegara, Pemalang, Purbalingga, Pekalongan, dan lainnya.
Dia menerangkan Kabupaten Wonogiri masuk wilayah siaga bencana. Saat musim hujan kerap terjadi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, dan longsor.
Tindakan mitigasi harus dilakukan guna meminimalkan kerusakan akibat bencana alam. Luweng-luweng yang biasa menjadi jalur air bawah tanah di wilayah Wonogiri selatan seperti Pracimantoro dan Paranggupito mesti dicek untuk memastikan tidak ada sumbatan.
”Pohon-pohon besar atau lebat sudah mulai perlu dipangkas agar meminimalkan pohon tumbang,” ujar dia.