Esposin, SOLO -- Seluruh perangkat desa di Jawa Tengah bakal mengawali Gerakan Tanam Bambu Nasional yang digaungkan Pengurus Tingkat Nasional Persatuan Perangkat Desa Republik Indonesia (PPD RI).
Gerakan tersebut diluncurkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) III PPD RI Tahun 2021 di kompleks Taman Budaya Surakarta (TBS), Jebres, Solo, Kamis (9/12/2021).
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Setelah Jawa Tengah, seluruh desa se-Indonesia diharapkan menggelorakan gerakan yang sama. Ketua Umum PPD RI Totok Haryanto mengatakan hingga saat ini sebanyak 4.000 batang bambu sudah ditanam di Karanganyar bekerja sama dengan sukarelawan pendamping desa.
PPD menganggap penanaman bambu massal menguntungkan dari aspek lingkungan maupun ekonomi. Gerakan itu juga merupakan upaya menjawab tantangan pemanasan global.
Baca Juga: PPKM Level 3 Nataru Batal, Satgas Jaga Tangga Solo Tetap Pantau Pemudik
“Kaitannya dengan pemanasan global, tentu harus ada penanaman pohon kembali. Makanya kami menggalakkan penanaman bambu di seluruh desa di Indonesia,” katanya di sela pembukaan Munas Perdes seluruh Indonesia itu.
Gerakan tersebut, sambungnya, mampu berdampak positif terhadap lingkungan, sebab bambu bisa menyerap air dan membantu mengatasi kekurangan air bersih. Sementara dari segi ekonomi, bambu bisa dimanfaatkan sebagai material atau bahan bangunan.
Pembentukan Unit Usaha
"Potensi ekonominya juga bagus. Tapi karena selama ini tidak digerakkan, ya seakan-akan tidak punya,” ucap Totok. Gerakan tersebut bakal disosialisasikan bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI.Baca Juga: Penempatan Pasar Legi Solo, Pemkot Jamin Masukan Pedagang Didengarkan
Agenda lain dalam Munas perdes seluruh Indonesia tersebut adalah membahas pembentukan unit-unit usaha seperti perusahaan, koperasi dan yayasan, guna memaksimalkan potensi ekonomi dari gerakan tersebut.
Desa bisa membentuk unit penjualan atau menggandeng UMKM untuk memasarkan produk dari bambu. “Dengan demikian bisa membantu perekonomian desa ataupun memberikan alternatif pendanaan bagi organisasi,” ucap Totok.
Penyelenggaraan Munas diharapkan mampu menjembatani terlaksananya kearifan lokal dan keragaman hayati desa sebagai bagian kekayaan budaya bangsa. Beberapa pelaksanaan pemerintahan desa dengan pendekatan rekognisi.
Baca Juga: Ke Solo, Wali Kota Bogor Bima Arya Ajak Gibran Berburu Satai Buntel
Contohnya, model desa yang beraneka ragam baik dengan pendekatan model patembayatan di Jawa, model desa berbasis nagari di Sumatra Barat, model pemerintahan desa dinas dan desa adat di Bali. Atau model pemerintahan desa tiga tungku (Kepala Kampung, Tokoh Agama dan Tokoh Adat) di Papua dan Papua Barat.