Perbuatan warga Kampung/Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, yang menjual arak dioplos dengan teh dalam kemasan dinilai memenuhi unsur dakwaan alternatif Pasal 204 ayat (2) KUHP.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Putusan dibacakan majelis hakim yang diketuai Sinuraya di PN setempat. Putusan tersebut lebih ringan enam bulan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU), Ana May Diana. Sebelumnya, Ana menuntut Jumani dengan tiga tahun penjara.
Menurut hakim Jumani telah terbukti secara sah dan meyakinkan menjual, menyerahkan atau membagi-bagikan barang berbahaya yang membuat orang kehilangan nyawa sebagaimana dalam dakwaan Pasal 204 ayat (2).
Adapun barang yang dijual Jumani seperti dimaksud hakim adalah lima botol arak oplosan kepada ketiga korban, yakni Warsito, 47; Suryo Pramono alias Bram, 28; dan Iyut Widodo, 38, Rabu (13/11/2013).
Sejumlah saksi yang pernah dihadirkan dikatakan hakim semakin memperkuat dugaan bahwa miras yang dijual Jumani lah yang menyebabkan ketiga korban tewas.
Selain itu, Jumani juga telah mengakui melayani pembelian miras pesanan salah satu korban tewas, Suryo Pramono, melalui pesan singkat (SMS). Miras pesanan Suryo diantar Jumani dalam tiga tahap, yakni pagi, siang, dan malam.
Selain itu, hakim memutus perkara itu berdasar hasil uji laboratorium dan visum. Berdasar hasil uji laboratorium miras yang dijual Jumani mengandung zat kimia metanol dan etanol melebihi ambang batas.
Sedangkan berdasar hasil visum darah dan organ dalam lainnya dari korban Warsito, diketahui mengandung alkohol.
Selain pertimbangan tersebut, hakim juga menganggap perbuatan terdakwa membayakan keselamatan orang dan menimbulkan keresahan masyarakat.
Adapun hal yang meringankan, terdakwa mengakui bersalah dan memiliki tanggungan keluarga.
“Mengadili, menjatuhkan pidana penjara bagi terdakwa dua tahun enam bulan dipotong masa tahanan. Memerintahkan terdakwa untuk segera ditahan,” ucap Sinuraya membacakan surat putusan.
Menanggapi hal tersebut, Jumani seusai berbincang dengan penasihat hukumnya, Joko Wiwoho, menyatakan menerima. Sikap yang sama dinyatakan JPU Ana.
Seperti diinformasikan, ketiga korban tewas bersama dua orang lainnya, Murdiono dan Ngatno, diketahui menanggak miras oplosan seusai memperbaiki talang rumah Murdiono. Seusai berpesta miras mereka mengeluhkan pusing disertai mata rabun.
Mereka oleh keluarga masing-masing dilarikan ke rumah sakit yang berbeda. Nyawa Warsito dan Pramono akhirnya tak tertolong, sedangkan Murdiono dan Ngatno diperbolehkan pulang setelah kesehatannya berangsur membaik. Dua pekan berselang Iyut Widodo yang dirawat di RSUD dr. Moewardi akhirnya mengembuskan napas terakhir.