Esposin, BOYOLALI -- Masyarakat Banyudono, Boyolali, menggelar kirab merti Pasar Pengging pada Senin (5/8/2024) siang. Kebo bule, penari reog, pedagang, hingga gunungan sayur dan buah tampak meramaikan kirab tersebut.
Rombongan kirab berjalan mulai dari Pasar Pengging lama yang sekarang menjadi Alun-alun Pengging sekitar pukul 13.15 WIB menuju pasar yang baru dengan jarak sekitar 1,5 kilometer. Rombongan dikawal mobil kepolisian menembus jalan raya Pengging-Sawit.
Promosi Gaet Vidi Aldiano, BRI Edukasi Masyarakat Hindari Modus Penipuan Lewat Lagu
Rombongan kirab tiba di lokasi baru Pasar Pengging sekitar pukul 13.40 WIB dan disambut para pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Banyudono. Setibanya di sana, ketua rombongan memecah satu buah kelapa yang disambut tepuk tangan penonton.
Rombongan kirab lalu mengitari Pasar Pengging sebanyak satu kali. Setelah itu, tiga gunungan yang sempat diarak diletakkan di depan panggung. Setelah dipersilakan mengambil gunungan, warga pun berebut gunungan sayur, buah, dan lauk-pauk tersebut.
Warga paling dekat turut melempar isi gunungan ke arah jauh agar warga yang tidak bisa mendekati gunungan bisa memperoleh isinya. Ketua Panitia Merti Pasar Pengging, Budi Satmoko, menyampaikan kirab tersebut diharapkan dapat meramaikan Pasar Pengging yang menempati lokasi baru.
Budi menyebut ada sekitar 500 pedagang di Pasar Pengging. “Pindahnya sekitar lima tahun yang lalu. Setelah pindah memang menjadi kurang ramai, harapannya dengan adanya kegiatan ini, Pasar Pengging baru menjadi lebih ramai,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela acara.
Budi menyampaikan kirab sengaja dimulai dari Alun-alun Pengging karena dulunya tempat tersebut adalah cikal bakal Pasar Pengging. Soal memecah buat kelapan saat rombongan kirab tiba di lokasi, Budi mengatakan hal itu memiliki makna atau menandai bahwa pemindahan Pasar Pengging ke lokasi baru juga berarti memindahkan berkah dari tempat lama ke tempat baru.
Digelar Swadaya
Ia mengungkapkan merti Pasar Pengging telah dilaksanakan dua kali. Pertama pada 2023 dan kedua 2024. Disepakati, merti Pasar Pengging akan dilakukan setiap akhir bulan Sura atau Muharram.Budi menyampaikan gunungan yang diarak sebagai sarana untuk nguri-uri budaya Jawa. Kegiatan itu juga digelar swadaya oleh panitia, pedagang, dan masyarakat sekitar Pasar Pengging dengan mencari sponsor.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Boyolali, Darmadi, berterima kasih kepada panitia merti Pasar Pengging atas terselenggaranya acara itu. Ia berharap kegiatan itu diberi kelancaran dan tidak ada halangan.
“Saya titip agar kegiatan yang baik ini terus dilestarikan. Saya juga titip kepada pedagang Pasar Pengging, mari jaga kebersihan, keindahan, keamanan, dan keamanan. Sehingga Pasar Pengging terlihat lebih bagus dan pedagangnya banyak rezeki,” kata dia.
Ia juga meminta pedagang menata dagangan agar terlihat bagus dan rapi seperti di toko retail. Hal tersebut untuk menarik pembeli. “Saya punya slogan pasare resik, rejekine apik [pasarnya bersih, rezekinya bagus],” yang kemudian ditirukan para peserta kirab.
Sementara itu, salah satu warga Ngaru-aru, Banyudono, Ngatiyem, yang turut rebutan isi gunungan mengaku memperoleh pare dan kangkung. “Rencananya mau saya masak jadi sayur asem. Senang sekali bisa dapat ini, hitung-hitung ngalap berkah,” kata dia.
Ngatiyem mengaku sebenarnya ia adalah pedagang di salah satu pasar wilayah Kartasura, Sukoharjo. Namun, ia sering mendatangi acara yang biasanya membagikan isi gunungan.
“Selain di sini, biasanya saya juga ikut rebutan di Sekaten Solo. Untuk memeriahkan saja sekaligus ngalap berkah,” kata dia.