Esposin, SOLO—-Rannu, seorang gadis kecil berusia 10 tahun, saban hari selalu merindukan mendiang ibunya. Kenangan yang membuatnya rindu adalah ketika dirinya teringat Royong yang sering kali dia dengar dari mendiang sang ibu sejak kecil.
Ana’ tinro mako naung, pakaselaki matannu.. Mata ta'do'do’, pa'lungang manakku tommi.. I/Basse sallang lompo, na'bayuang se’re bori.../Manna tanjari, punna kaleleang mamo.../Ana'... tinro mako naung, pakaselaki matannu.. Ambangungko nai’, te'ne tommi pa'mai'nu...//
Begitu syair dari Royong yang dia ingat dari ibunya. Kurang lebih artinya: tidurlah anakku sayang, lelapkanlah matamu/Mata mengantuk, bantal pun telah merindukanmu/Bila nanti engkau dewasa, menjadi kekasih seluruh alam... walau tak jadi, asalkan sudah berbagi/Tidurlah anakku sayang, lelapkanlah matamu/Bila nanti engkau bangun, bahagia sudah perasaanmu//
Semakin besar, setelah sang ibu sudah tiada, dia semakin penasaran makna dari Royong itu. Sambil menahan rindu yang teramat besar, pelan-pelan dia mencari makna Royong itu. Hingga dia menyadari bahwa nilai yang ingin diajarkan oleh ibunya dari Royong itu adalah perihal kejujuran, keberanian, tanggung jawab dan taat pada Tuhan.
Adegan singkat itu ditampilkan dalam film pendek Ruang Rindu (2023) garapan Zhaddam Aldhy Nurdin, sutradara sekaligus penulis skenario asal Makassar. Zhaddam menggarap cerita itu sejak 2021. Dia berangkat dari pengalaman pribadinya waktu kecil yang bersinggungan dengan Royong.
Lewat film yang diproduksi oleh rumah produksi Waesinema itu, Zhaddam berusaha menghadirkan sosok ibu yang selalu hadir meskipun fisiknya sudah tiada.
“Suara Rindu dalam bahasa Makassar adalah Kelong Nakku cerita ini dibangun dari sebuah memori masa kecil saya dan keponakan saya yang mengalami sebuah kerinduan. Ponakan saya merindukan ibunya yang telah pergi dan saya merindukan di masa kecil saya selalu di royong oleh almarhum nenek dan ibu saya,” kata dia kepada Esposin, belum lama ini.
Menurut dia, film Suara Rindu tidak hanya menceritakan seorang anak yang rindu kepada ibunya, namun juga berupaya membicarakan soal bagaimana tradisi budaya memiliki pengaruh untuk pembentukan karakter sejak kecil. Perempuan dalam film itu, dihadirkan sebagai sosok yang selalu dirindukan dan tempat untuk mencari perlindungan.
“Ini berkaitan dengan sosok perempuan dalam hidup saya yang sangat penting dan selalu jadi tempat saya berlindung, sama seperti di film juga. Selaras dengan syair dari Royong itu sendiri kan, yang bermakna bisa hidup bersama, bisa jujur, dan taat kepada Tuhan,” kata dia.
Melalui film ini pula, dirinya mencoba memberikan ruang buat penonton soal apakah pendidikan agama dan moral penting ditanamkan sejak dini.
Suara Rindu diperkuat dari segi cerita yang mengangkat kembali tradisi lisan dari Makassar yakni Royong. Zhaddam sengaja menghadirkan ingatannya tentang Royong pada waktu kecil ke dalam film.
Royong adalah tradisi lisan, sudah sejak Kerajaan Gowa, yang dilantunkan oleh seorang perempuan dan hanya diwariskan kepada perempuan di suku Makassar pada masa yang berisi syair tentang kehidupan untuk anak sejak dini.
Waktu kecil, Zhaddam memiliki pengalaman yang bersinggungan dengan Royong. Dia mengingat para pelantun syair itu adalah perempuan yang biasa dibawakan saat ada acara syukuran, kelahiran, sampai untuk sekedar menidurkan bayi.
Film Suara Rindu adalah bagian dari program Open Call Layar Cerita Perempuan Indonesia (LCPI) pada 2023, yang diinisiasi Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek). Film ini juga pernah diputar secara live di kanal Indonesiana.TV dalam Festival Layar Indonesiana 2023 lalu.
LCPI memberikan apresiasi kepada para perempuan Indonesia yang mempraktikkan seni budaya, adat Istiadat, dan pengetahuan tradisional. Sekaligus sebagai ruang keterlibatan dan akses untuk publik dalam penyediaan program informasi pengetahuan dan hiburan berbasis budaya untuk Indonesiana.TV
Lalu pada Agustus 2024, film Suara Rindu mengikuti kompetisi Kotabaru Heritage Film Festival kategori Karyanagri di Yogyakarta. Suara Rindu mendapatkan Silver Karyanagri Award di festival tersebut. Pada bulan yang sama, film ini juga lolos seleksi di Fesbul.Id 2024 Lokus 7.