Esposin, BOYOLALI -- Ruang aula SLB YPCM Boyolali terdengar sunyi, Sabtu (16/4/2022) sore. Padahal, ada puluhan orang yang berada di dalamnya.
Puluhan orang di dalam ruangan itu sebenarnya saling berkomunikasi satu sama lain. Namun dengan gestur dan mimik muka. Hal itu yang mengakibatkan tak terdengar suara apapun di dalam ruangan.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Puluhan orang di dalam ruangan tersebut merupakan penyandang tuli di Boyolali yang berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Mereka tergabung dalam Komunitas Tuli Boyolali (Komtuboy). Mereka akan menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa sambil belajar Iqra.
Baca Juga: Kisah Warga Binaan Rutan Boyolali Belajar Mengaji dari Balik Jeruji
Suara baru terdengar ketika salah satu sukarelawan sekaligus pengajar Iqra di Komtuboy, Faqih Annisa, bergabung di dalam ruangan. Saat itu, ia dibantu Sumarti.
Faqih Annisa dan Sumarti berusaha mengenalkan pelafalan huruf Hijaiah sesuai dengan tempat keluarnya huruf pada organ mulut dan bibir. Penjelasan dilakukan dengan bahasa isyarat huruf Hijaiah.
Para peserta terlihat sangat fokus mengikuti instruksi Faqih dan Sumarti yang berdiri di depan kelas. Faqih mengenalkan huruf Hijaiah sedangkan Sumarti mengubah huruf demi huruf menjadi gerakan bahasa Isyarat.
“Memang teman tuli perlu dapat edukasi agar mereka bisa mengaji. Jadi enggak hanya orang dengar saja yang bisa membaca Alquran tapi teman tuli punya hak yang sama untuk mendapatkan ilmu pembelajaran Alquran,” jelas Faqih kepada wartawan saat ditemui di sela-sela acara.
Baca Juga: Jos! Alumni SMPN 2 Sawit Boyolali Saling Peduli Satu Sama Lain
Lebih lanjut, Faqih menjelaskan terdapat sekitar 50 peserta yang mengikuti acara Tuli Belajar Iqra. Para peserta berasal dari seluruh area di Boyolali, seperti Cepogo, Ampel, Teras, Boyolali Kota, dan daerah-daerah lainnya.
Bukannya tanpa kesulitan, Faqih mengaku memperoleh kesulitan saat mengajar Iqra kepada tuli. Terdapat perbedaan budaya berbahasa antara orang dengar dengan orang tuli.
“Kita yang orang dengar kan sudah terbiasa memakai bahasa verbal, jadi ucapan lewat lisan. Kalau untuk teman tuli kan membutuhkan pengantar bahasa isyarat yang menyesuaikan mereka,” jelas pengajar asal Sukoharjo tersebut.
Baca Juga: Berusia 117 Tahun, Ini Keunikan Masjid Cipto Mulyo Pengging Boyolali
Dekat Alquran
Ia berharap dengan adanya pembelajaran Iqra bagi tuli Boyolali dapat membuat teman tuli mengenal lebih dekat Alquran.“Tak hanya mengenal, tentunya nanti teman tuli bisa mengajarkan Alquran. Saya yakin enggak hanya orang dengar saja yang bisa mengajar, tapi tuli juga bisa mengajar,” kata perempuan 30 tahun tersebut.
Ketua Komtuboy, Aryanto, mengaku senang dengan agenda belajar Iqra untuk tuli Boyolali di bulan Ramadan ini. Kegiatan belajar Iqra untuk tuli tak hanya dihadiri anggota Komtuboy tapi juga beberapa orang dengar yang ingin belajar Bisindo.
Baca Juga: Inilah 7 Lokasi Pospam Mudik Lebaran di Boyolali
“Jadi kegiatan hari ini tidak hanya belajar Iqra tapi juga belajar bersama dengan teman-teman dengar yang ingin berkomunikasi langsung dengan teman tuli,” kata Aryanto dalam bahasa isyarat.
Lelaki 27 tahun tersebut berharap kegiatan tersebut dapat selalu ramai diikuti oleh teman-teman tuli Boyolali. Ia juga berharap sukarelawan dengar dapat membantu mengajar dengan pengantar Bisindo.
“Jadi nanti teman-teman dengar dapat berinteraksi secara langsung dengan teman tuli agar bisa saling berkumpul. Kalau tuli enggak bisa belajar bisa dibantu teman dengar agar nanti bisa berkembang untuk terus belajar sampai bisa,” harap dia.