Esposin, SOLO--Pengelola Museum Keris Nusantara menghidupkan museum dengan atraksi musik di waktu malam. Berbagai grup musik tampil, termasuk Orkes Keroncong (O.K) Larasati dengan tiga personelnya berkebutuhan khusus.
Atraksi musik itu berlangsung selama sepekan mulai Rabu (22/11/2023) sampai Selasa (28/22/2023). O.K Larasati tampil pada Minggu (26/11/2023). Atraksi itu merupakan bagian dari event Pameran Pusaka Nusantara.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
O.K Larasati merupakan grup musik pelajar Jurusan Musik SMKN 8 Solo yang terdiri atas 12 anggota kelas XII. Mereka yang tergabung adalah para murid yang menjalani program praktik kerja lapangan (PKL) dari Agustus sampai Oktober.
Mereka membawakan 8 lagu, antara lain Keroncong Tirtonadi, Sesaat Kau Hadir, Sanes, Kembang Wangi, Berharap Tak Berpisah. Penampilan mereka berhasil menghibur puluhan penonton yang mayoritas anak muda.
Uniknya, O.K Larasati memiliki tiga personel berkebutuhan khusus, masing-masing dua orang difabel netra dan satu orang slow learner. Mereka tampil percaya diri untuk menghibur para penggemar museum dan seni musik.
Guru Musik SMKN 8 Solo Dina Natalia menjelaskan sekolahnya memiliki sejumlah murid berkebutuhan khusus dari sekolah luar biasa. Para murid berkebutuhan khusus memiliki keunikan daripada murid yang tidak berkebutuhan khusus.
“Mereka sekolah di tempat kami sudah memiliki tujuan sejak awal untuk menekuni musik. Kadang orang tua anak-anak lain lebih mementingkan sekolah negeri yang tidak berbayar. Anaknya ingin boga, namun masuk ke musik, ya mau tak mau mereka harus menuntaskan,” jelasnya.
Menurut dia, sekolah musik itu dapat menghasilkan beberapa jenis pekerjaan terkait, antara lain sound engineering dan dekorator. “Kalau telaten dan konsisten punya jalannya sendiri,” ungkap dia.
“Tantangan guru musik bukan dari sekolah khusus, namun dengan adanya murid berkebutuhan khusus bisa menyikapi dengan belajar. Memperlakukan mereka seperti apa, saya berhadapan dengan anak anak mereka gak butuh dikasihani namun butuh keberterimaan,” ujar dia.
Menurut dia, para murid berkebutuhan khusus bisa mandiri. Para murid berkebutuhan khusus yang diperlakukan sama dengan murid lainnya secara tidak langsung akan membangun kepercayaan diri mereka.
Adapun pentas di Museum Keris Nusantara menjadi pengalaman kali pertama bagi O.K Larasati. Biasanya mereka tampil di ruang publik lainnya, antara lain Solo Art Market maupun pusat perbelanjaan di Kota Solo.
“Pentas malam hari di sini menarik banget. Saya juga memperkenalkan ke anak-anak tempat-tempat seperti Radya Pustaka, Museum Keris Nusantara, dan Monumen Pers. Ada pameran keris jadi tambah menarik,” ungkap dia.
Selain atraksi seni, kata dia, museum yang menjadi ruang publik bisa memanfaatkan teknologi maupun media sosial. Dina menjelaskan anak-anak penasaran ingin berkunjung ke Museum Keris Nusantara setelah menonton konten Tiktok.