Esposin, SRAGEN — Di Kabupaten Sragen, terdapat komunitas yang mewadahi para penyandang disabilitas dengan nama yang unik, yakni Pamorta Sukowati. Pamorta kependekan dari Paguyuban Motor Tiga Roda, sementara Sukowati merupakan nama lain dari Sragen.
Pamorta Sukowati sejatinya sudah berdiri sejak 24 April 2011. Anggotanya ada 76 orang difabel, kebanyakan dari mereka adalah penyandang tuna daksa. Mereka berasal dari tujuh kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Karangmalang, Gondang, Sidoharjo, Masaran, Tanon, Kedawung, dan Sambungmacan.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
"Pada 2016 Pamorta Sukowati sudah terdaftar dengan akta notaris, dengan sekretariat bertempat di Dusun Plosorejo RT 019, Desa Guworejo, Karangmalang," terang Ketua Pamorta Sukowati, Budiyono, kepada Esposin, Jumat (19/8/2022).
Budiyono menambahkan Pamorta Sukowati terbuka untuk teman-teman penyandang disabilitas di Kabupaten Sragen. Menurut data dari Pemkab Sragen, pada 2017 terdapat 4.439 penyandang disabilitas di Bumi Sukowati. Artinya, anggota Pamorta Sukowati baru sekitar 1,7% dari total penyandang disabilitas di Sragen.
Baca Juga: Pamorta Sukowati Sebut Fasilitas New Kemukus Sragen Belum Ramah Difabel
Budiyono memaparkan Pamorta Sukowati dibentuk sebagai wadah silaturahmi para warga berkebutuhan khusus. Selain itu, Pamorta Sukowati juga bisa menjadi sarana untuk memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas agar lebih diperhatikan pemerintah.
"Kemudian ketika ada teman-teman difabel yang belum bekerja bisa difasilitasi, serta saling membantu apabila ada yang kesulitan memperoleh pendidikan," sambungnya.
Berdirinya Pamorta merupakan buah gagasan empat pendirinya, yaitu Budiyono, Bambang, Sukarno Mageru (alm), dan Tugiyono. Mereka prihatin dengan banyaknya masyarakat yang memandang sebelah mata orang dengan kebutuhan khusus, sehingga timbul inisiatif untuk mendirikan Pamorta Sukowati ini.
Baca Juga: PMI Kabupaten Sragen Gelar Vaksinasi Covid-19 Ramah Difabel
"Sekarang orang difabel sudah dipandang sama di masyarakat dan pemerintah, " tambah Budiyono.
Ia kemudian menyinggung mengenai fasilitas umum yang kini banyak yang ramah difabel. Seluruh kantor kecamatan di Kabupaten Sragen, sambungnya, sudah ramah difabel, terutama bagi para tuna daksa.
Namun yang belum ramah difabel, menurut Budiyono, adalah objek wisata Gunung Kemukus. Pihaknya sudah beraudiensi dengan Bupati Sragen terkait hal itu dan sudah ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan. Budiyono berhadap fasilitas yang ramah disabilitas bisa segera terwujud di Wisata Gunung Kemukus.