Esposin, SOLO — Museum Radya Pustaka Solo memiliki koleksi wayang yang diklaim tidak ada di tempat lain. Namanya wayang dupara. Uniknya, tokoh perempuan dalam wayang ini hanya satu, yakni Ratu Kidul.
Saat Esposin mendatangi Museum Radya Pustaka Solo, Selasa (16/7/2022), ada empat wayang dupara yang dipamerkan pada etalase. Salah satunya tokoh Sultan Agung.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Petugas Bagian Pengelolaan Naskah Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati, menjelaskan wayang dupara merupakan karya R.M Danuatmaja, keponakan KGPAA Mangkunegara IV.
Wayang itu diciptakan untuk mengisahkan Babad Tanah Jawa pada akhir Kerajaan Majapahit sampai era awal Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo). Pengelola Radya Pustaka belum mengetahui secara pasti kapan wayang dupara pernah dipentaskan.
Baca Juga: Museum Radya Pustaka Kini Bisa Diakses Secara Virtual, Ini Linknya
Namun Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Solo yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo pernah mementaskan wayang dupara pada 1981. Pentas wayang dupara juga dilakukan pada Hari Wayang Nasional dan Dunia di Pendapa ISI Solo 2018.
Nia menjelaskan jumlah tokoh wayang dupara ada 200-an dan beberapa koleksinya tersimpan di Museum Radya Pustaka. Wayang dupara juga pernah dibuatkan replikanya untuk pajangan atau untuk edukasi.
“Wayang Dupara di koleksi kami satu-satunya tokoh perempuannya hanya Ratu Kidul. Yang lainnya tokoh laki-laki,” kata dia.
Nia kurang paham kenapa hanya ada satu tokoh perempuan namun jarang disebut pada cerita. Ia juga menilai wayang dupara tergolong aneh karena mirip dengan wayang gedog dan wayang purwa. Ada penambahan item pada wayang dengan pakaian yang lebih modern dibandingkan dengan wayang purwa, antara lain sikepan.
Baca Juga: Menjaga Eksistensi Wayang Tatah Sungging Desa Cemeng Sragen
Selain itu, lanjut dia, ada tokoh dari Belanda dan China pada wayang dupara. Ukuran sejumlah wayang dupara ada yang lebih kecil dari wayang purwa.
Radya Pustaka punya koleksi tiga kotak wayang dengan sekitar 500 item wayang. Salah satu upaya perawatan wayang kulit dibersihkan dengan cara diangin-anginkan.
“Sebelum itu dikuas dulu dengan kuas paling halus supaya warnanya tidak mengelupas,” jelas Kurator Koleksi Museum Radya Pustaka, Bristian Agus Ariyanto. Wayang kulit juga tidak boleh dijemur.