Esposin, SRAGEN — Dukuh Badran, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Sragen, ternyata menyimpan kisah perjalanan Pengeran Mangkubumi sebelum Perang Mangkubumen 1746-1757.
Sebuah rumah berbentuk joglo tua dengan saka guru dari kayu jati berukuran 30-40 cm pada sisinya menjadi saksi bisu adanya deklarasi Raden Mas Sujono menjadi Pangeran Mangkubumi. Kisah itu diungkapkan Suparno, 70, warga Gondang Baru RT 011, Desa Gondang, saat berbincang dengan Esposin, Kamis (7/4/2022).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Suparno mendapatkan kisah Mangkubumi itu dari simbah-simbahnya, yang kebetulan Suparno merupakan keturunan dari Kertomenggolo yang juga keturunan warok Suromenggolo. Ia menerangkan nama Dukuh Badran itu diambil dari kata bebadra yang artinya membangun dari dasar. Tempat untuk melakukan bebadra itu disebut bebadran kemudian menjadi Mbadran (Badran).
Baca Juga: Pangeran Mangkubumi, Arsitek Keraton Solo & Jogja Rajin Puasa Sunah
Suparno didampingi putranya, Lilik Mardiyanto, menerangkan sosok yang bebadra kali pertama di wilayah Sukowati itu Raden Mas Sujono. Dia menerangkan kala itu masih era Keraton Kartasura Hadiningrat.
“Perjalanannya Raden Mas Sujono masuk ke Sukowati tidak tiba-tiba langsung membentuk pasukan. Jauh sebelumnya, Raden Mas Sujono ini sudah belajar ilmu di Sukowati," kata dia.
Suparno memaparkan tokoh yang ditemui kali pertama RM Sujono adalah Ki Ageng Butuh yang kala itu ada di Patihan yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Sidoharjo. Pertemuan dengan Ki Ageng Butuh ini, ada semacam barter. Raden Mas Sujono mendapatkan tongkat kayu yang ditukar dengan Keris Kiai Naga Kencana.
Tongkat Sakti
Di mana pun tongkat itu ditancapkan, maka di tempat itu akan jadi pusat kota atau pusat pemerintahan. Tongkat itu ditancapkan di lokasi yang sekarang menjadi kompleks Pendapa Sumonegaran Rumah Dinas Bupati Sragen.Baca Juga: Di Gua Mangkubumi Sragen Dulunya Ada Relief Wayang, Tempat Bertapa
“Setelah itu, Raden Mas Sujono menemui tokoh di Dukuh Bonagung, Gondang, Sragen. Kala itu belum ada Dukuh Badran. Tokoh yang ditemui itu tidak tahu. Yang jelas kedatangan di Bonagung itu diantar Mbah Brotodiningrat yang di era 1869 menjabat Bupati ke-4 Sumoroto sebelum berubah nama menjadi Ponorogo,” ujarnya.
Setelah pertemuan itu, ujar dia, kemudian Raden Mas Sujono ini mendeklarasikan bebadra di rumah Mbah Broto tetapi bukan Brotodiningrat. Rumah itu sampai sekarang ada dan didiami keturunan Mbah Broto.
“Saat bebadra di rumah itu kemudian Raden Mas Sujono resmi menggunakan nama Pangeran Mangkubumi. Siapa yang memberi nama Mangkubumi, ya kemungkinan Mbah Brotodiningrat,” katanya.
Setelah dari Gondang, Pangeran Mangkubumi datang ke wilayah Banaran dan Jatisumo untuk digembleng banyak ilmu. Sosok seperti Ki Ageng Jatisumo ikut serta dalam penggemblengan Pangeran Mangkubumi.
Baca Juga: Gua Mangkubumi Sragen, Tempat Semadi Mangkubumi Sebelum Menjadi Raja
“Mungkin termasuk Syeh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga. Saat Pangeran Mangkubumi itu datang ke Banaran itu, juga dikenalkan dengan sebutan sunan. Jadi Sunan yang datang ke Banaran kemudian berkembang menjadi Sunan Kabanaran,” jelas Lilik menambahkan.
Setelah penggemblengan itu selesai, kata Lilik, Pangeran Mangkubumi ini kembali ke keraton di Kota Gede (Yogyakarta). Dia menerangkan keraton atau tempat tinggal Pangeran Mangkubumi itu ada tiga, yakni “keraton” di Butuh (tempat tinggal Ki Ageng Butuh), Keraton Pengging, dan Keraton Kota Gede. Sosok Ki Ageng Butuh sepuh itu diduga Bre Pajang pada era Majapahit.
“Raden Mas Sujono saat bertemu dengan Ki Ageng Butuh itu untuk meminta izin masuk wilayah Sukowati.