Esposin, Sragen -- Harapan warga Sragen untuk menyaksikan fenomena alam gerhana matahari cincin yang menurut informasi terjadi pada Minggu (21/6/2020) pupus karena langit tertutup awan mendung.
Informasi dari akun Instagram @bmkgregional, Kamis (18/6/2020), gerhana matahari cincin di Sragen akan dimulai pada pukul 15.14 WIB. Kemudian puncaknya pada pukul 15.18 WIB dan berakhir pukul 15.23 WIB.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Namun, Minggu sore itu langit Sragen tertutup awan mendung. Seorang warga asal Ngamban, Gawan, Tanon, Sragen, Cicuk, tak begitu kecewa meskipun tak bisa melihat fenomena alam itu.
Tak Punya Surat Nikah, Status Kependudukan Keluarga Di Gudang Angker Jajar Solo Jadi Ruwet
Dia mengaku sempat melihat ada sinar matahari pada jam di mana seharusnya gerhana matahari cincin itu terjadi di Sragen. Namun dia tidak kuat melihatnya.
Dia berusaha menggunakan kacamata hitam tetapi tetap matanya tidak kuat. “Seumur hidup ya baru kali ini ada matahari cincin. Tadi cuma sebentar saja karena tidak kuat matanya,” katanya.
Warga di Krikilan, Masaran, Sragen, Yuni, kecewa tak bisa melihat fenomena alam itu. Dia tak bisa berkomentar banyak karena langit di wilayahnya tertutup awan sehingga tak bisa melihat secara langsung. “Anehnya kok cuma di Sragen yang bisa melihat,” ujarnya.
Kerangka Wanita Cepogo Boyolali Ditemukan Terkubur di Tepi Sungai, Masih Berpakaian Lengkap
Di wilayah Kecamatan Gondang, Sragen, langit juga berawan dan warga tak bisa melihat gerhana matahari cincin, Minggo sore. Seorang warga Grasak, Gondang, Sragen, Sumarni, tak bisa melihat gerhana matahari cincin.
Tradisi Jawa
Namun, dia tetap menjalankan tradisi Jawa dengan membuat nasi rogoh. Sumarni menjelaskan nasi rogoh itu berupa nasi liwet dengan telur. Kulupannya kacang tholo direbus dan diberi sambel kelapa.Naik Motor Trail, Kapolda Jateng Terabas Lereng Merapi Boyolali Untuk Salurkan Bantuan
“Nasi itu kemudian dibagikan kepada warga sekitar yang mau sampai habis. Setelah habis kendil tempat menanak nasi itu dibanting oleh orang yang hamil sambil berdoa supaya selamat. Kebetulan anak saya yang kedua tengah hamil dengan usia kandungan dua bulan,” ujar Sumarni saat dihubungi Esposin, Minggu sore.
Dia menerangkan kendil itu digunakan untuk pembuatan nasi rogoh diwarisinya dari leluhurnya secara turun-temurun. Dia menyebut sudah tiga kali membuat nasi rogoh
“Saat gerhana, bagi yang hamil disunahkan untuk mandi besar, kemudian salat gerhana, juga membuat nari rogoh itu. Itu tradisi Jawa,” ujarnya.