Esposin, SRAGEN — Seorang laki-laki paruh baya melambaikan tangan dan tersenyum kepada Kepala Desa Blangu, Danang Wijaya, yangt mengendarai motor bebek 2-tak Yamaha Sigma di jalanan Dukuh Siwalan, Desa Blangu, Kecamatan Gesi, Sragen, Rabu (15/3/2023) siang. Laki-laki bernama Jiman, 47, ini membawa seikat besar rumput untuk pakan kambingnya. Hewan ternak itu yang menjadi sumber penghidupan ia dan ibunya, Sampir, 80.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Sejak tiga tahun terakhir, Sampir hanya bisa terbaring di kasur, tak bisa berjalan. Ia dan anaknya tinggal di sebuah rumah yang di tanah Pemerintah Desa (Pemdes) Blangu. Rumah berdinding asbes dengan reng dan usuk bambu itu berdiri berkat gotong-royong warga setempat. Bahkan kebutuhan makan untuk Jiman dan Mbah Sampir dibantu dari kas masjid terdekat. Mereka dapat bantuan beras 10 kg per bulan dari masjid itu.
Jiman bekerja serabutan kalau ada warga yang membutuhkan tenaganya. Konsentrasinya bagaimana merawat ibunya yang sakit dan mencarikan pakan kambingnya. Kambing-kambing itu diharapkan bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan ibunya.
“Kadang ya bekerja serabutan. Untuk memasak ya saya. Kami belum ada setahun tinggal di rumah ini. Rumah ini bantuan warga juga karena saya tidak punya apa-apa,” ujar Jiman saat berbincang dengan Esposin, Rabu siang.
Jiman bersyukur mendapat bantuan program keluarga harapan (PKH) untuk ibunya senilai Rp600.000 per tiga bulan sekali dan bantuan sembako yang diwujudkan uang. “Uang bantuan itu bisa untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kalau kurang kadang bantuan beras dari masjid yang tersisa ya dijual,” katanya.
Jiman merupakan salah dari 60 keluarga kurang mampu di Dukuh Siwalan yang mendapatkan bantuan PKH. Sebulan sekali puluhan keluarga PKH itu berkumpul dari rumah ke rumah supaya masing-masing mengetahui kondisi rumah penerima PKH.
Jalan Sudah Cor Beton
Akses infrastruktur di lingkungan Dukuh Siwalan sudah bagus karena jalanan dukuh berupa cor beton. Masih banyak kebun-kebun kosong dengan tanaman keras tinggi-tinggi. Jarak antarrumah tidak sepadat di perkotaan.Dukuh Siwalan ini berada di jalan poros antarkecamatan Tangen-Sukodono. Kondisi rumah di dekat jalan besar rata-rata sudah tembok kokoh. Namun setelah 500 meter masuk ke pedalaman dukuh, kondisi rumah warga ada yang masih dari papan kayu bercampur gedek. Atau kombinasi rumah papan dan rumah tembok.
Seperti rumah pasangan Suwarto, 41 dan Putri, 31, yang tidak jauh dari rumah Jiman yang terbuat dari campuran tembok dan papan. Meskipun sudah berkeluarga dengan tiga anak, Putri masih menumpang di rumah orang tuanya. Putri juga salah satu penerima bantuan PKH karena memiliki satu anak masih taman kanak-kanak (TK) dan dua anak sudah sekolah dasar (SD).
“Suami bekerja juga serabutan. Hasilnya tidak mesti. Alhamdulillah ada bantuan PKH bisa menambah untuk biaya sekolah anak karena mereka belajar di sekolah swasta,” kata Putri.
Kades Blangu, Danang Wijaya, menyampaikan rata-rata mata pencaharian warganya adalah petani, tukang batu, tukang kayu, pedagang, dan pekerja serabutan. Kondisi jalan dukuh sudah baik walaupun ada 1-2 lokasi yang rusak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka Indeks Kesulitan Geografis (IKG) untuk Blangu berada di 38,18. Artinya, kesulitan geografis di Desa Blangu cenderung mudah. Blangu juga masuk dalam daftar 45 desa yang menjadi prioritas penanganan kemiskinan ekstrem dari Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Di Kecamatan Gesi hanya ada dua desa yang menjadi sasaran program penanganan kemiskinan ekstrem Jateng, yakni Blangu dan Poleng.