Esposin, SRAGEN — Tersumbatnya aliran air pada drainase karena sampah menjadi salah satu faktor penyebab banjir di Kabupaten Sragen. Tercatat hingga November 2022 terjadi sembilan kali banjir di wilayah Bumi Sukowati tersebut.
"Untuk pencegahan banjir, kami melakukan kerja sama dengan pemangku kewenangan sungai tersebut. Kami juga melakukan kerja bakti rutin untuk membersihkan sungai dari sampah. Selain itu kami juga berkoordinasi dengan pemangku kebijakan di wilayah sungai tersebut dan stakeholders terkait bilamana terjadi laporan longsor ataupun banjir," terang Kepala Pelaksana Badan Penanganggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen, Agus Cahyono, Rabu (4/1/2023).
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Ia meminta masyarakat tidak membuang sampah sembarangan terutama di daerah aliran sungai (DAS). Masyarakat juga diimbau bisa menjaga vegetasi di sekitar DAS.
Kepala Desa Tangkil, Suyono, mengungkapkan wilayahnya menjadi wilayah langganan banjir. Pasalnya desa ini merupakan tempat pertemuan aliran dua sungai, yaitu Sungai Garuda dan Sungai Mungkung. Ketika aliran air dari dua sungai itu meluap Desa Tangkil kerap terdampak banjir.
"Ada imbauan kepada warga untuk kerja bakti, bersih-bersih, dan agar masyarakat dilarang membuang sampah ke aliran sungai," terang Suyono.
Sementara itu Maret 2022 adalah rentang waktu paling banyak terjadi kejadiaan kebencananan. Tercatat tujuh bencana tanah longsor yang terjadi di antaranya di Desa Ngebung dan Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Kemudia di Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo; Desa Dukuh, Kecamatan Tangen; Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, dan Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang.
Pada Maret juga terjadi banjir di wilayah Kecamatan Masaran dan Kecamatan Tanon. Banjir disebabkan luapan drainase atau gorong-gorong pinggir jalan raya Masaran-Sragen yang. Luapan air juga terjadi di Sungai Ngemplak.