(Esposin) - Kematian seseorang sering dianggap sebagai usainya kisah kehidupannya, sekaligus tertutupnya buku sejarah hidup yang terkait dengannya. Demikian pula saat Sabandi Rewang dimakamkan di Tempat Permakaman Umum (TPU) Daksinoloyo di Kecamatan Baki, Sukoharjo, Minggu (30/10/2011) siang. Bersamanya, mungkin terkubur pula kisahnya dari masa lalu sebagai seorang mantan petinggi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
“Kami datang dari Semarang hanya ingin memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang,” ungkap salah seorang pelayat, Sucipto, 79, yang mengaku merupakan teman Rewang serta datang berempat dengan temannya dari Kota Semarang sejak pagi. Sucipto menyatakan telah bersahabat dengan Rewang sejak yang bersangkutan menjadi petinggi PKI di Jawa Tengah.
Meskipun telah berusia lanjut, Sucipto cukup jelas bercerita mengenai pertemanannya. “Kami berteman pada saat dia masih menjabat. Kemarin ketika sakit sebenarnya juga berencana membesuk, tetapi tidak terwujud sampai dengan saat meninggalnya,” papar Sucipto yang terlihat masih bugar bersama tiga orang rekan seusianya.
Di antara puluhan pelayat, tampak pula anak Sabandi, Fajar SS, dan adik Rewang yang selama ini tinggal di Negeri Belanda, Sri Isni, 73. Isni mengaku datang sejak Jumat (28/10/2011), atau sehari sebelum kematian Rewang. Meski tidak lama, Isni mengaku masih sempat berbicara dengan Rewang. “Ya saya adiknya bapak. Sebelum meninggal memang masih sempat berbincang. Tapi sayangnya bapak tak sempat menyampaikan pesan apa-apa,” ujarnya seraya menahan haru di sela-sela proses pemakaman.
Sebelum menghirup udara bebas sekitar tahun 1991, Rewang sempat menjalani hukuman pidana penjara selama sekitar 23 tahun sejak tahun 1968 akibat keterkaitannya dengan PKI. Selain sebagai anggota CC Politbiro PKI, Rewang yang meninggal dunia Sabtu (29/10/2011) sekitar pukul 14.00 WIB di RS PKU Muhammadiyah Solo disebutkan juga pernah menjabat sebagai Ketua PKI wilayah Jateng.
Triyono