Esposin, SOLO--Umat Konghucu di Solo mengikuti upacara King Hoo Ping atau Sembahyang Rebutan di Litang Gerbang Kebajikan, Jebres, Minggu (10/9/2023).
Mereka juga membakar replika kapal kertas yang merupakan simbol alat transportasi bagi arwah leluhur untuk kembali ke alamnya.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Ritual keagamaan King Hoo Ping digelar oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Solo. Upacara King Hoo Ping itu diikuti seratusan umat Konghucu di Kota Solo.
Upacara sembahyang dipimpin oleh pendeta muda Konghucu, Ws Adjie Chandra. Upacara diawali dengan membakar dupa sembari mendoakan arwah di depan altar umum dan altar vegetarian.
Di altar, berbagai macam sesaji disiapkan seperti daging, nasi, buah-buahan, aneka jajanan pasar. “Upacara sembahyang King Hoo Ping dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 26 bulan tujuh tahun 2574 penanggalan Imlek. Ritual keagamaan ini untuk mendoakan semua arwah, tidak hanya arwah leluhur,” kata pendeta muda Konghucu, Ws Adjie Chandra,” saat berbincang dengan wartawan, Minggu (10/9/2023).
Menurut Adjie, masyarakat Tionghoa meyakini pintu akhirat dibuka saat Jit Gwe atau bulan tujuh imlek. Arwah diberi kesempatan untuk turun ke dunia untuk menengok keluarganya.
Guna menyambut kehadiran para arwah itu, masyarakat Tionghoa diwajibkan melakukan sembahyang penghormatan tanggal 15 bulan tujuh penanggalan Imlek atau Jit Gwe Poa di rumahnya masing-masing.
Menjelang berakhirnya Jit Gew, dilaksanakan upacara King Hoo Ping untuk menghormati arwah yang akan kembali ke alamnya.
“Ini wujud penghormatan kepada arwah leluhur sebelum mereka kembali ke alamnya. Selain itu, sembahyang ini bagian dari edukasi etika dan budi pekerti agar para generasi muda saling membantu dan menghormati orang lain,” papar dia.
Sementara itu, Ketua Panitia King Hoo Ping sekaligus Ketua Wanita Agama Khonghucu Indonesia (Wakin) Solo, Js Novita Luisiana Dewi mengatakan upacara diakhiri dengan pembakaran replika kapal King Hoo Ping.
Di dalam replika kapal itu ada ratusan kertas bertuliskan nama leluhur yang telah didoakan rohaniawan.
Replika kapal itu menjadi simbol pengantar arwah untuk kembali ke alamnya. “Jumlah nama leluhur yang didoakan pada tahun ini bertambah. Sekarang mungkin lebih dari 500 nama. Artinya, kesadaran untuk menghormati leluhur semakin kuat,” ujar dia.