Esposin, SOLO -- Mahalnya biaya kuliah dan signifikansinya bagi upaya mewujudkan UNS Solo sebagai world class university menjadi salah satu pertanyaan yang diajukan panelis kepada calon rektor saat diskusi panel II di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Kamis (27/10/2022).
Pertanyaan itu diajukan Hilmi Ash Shidiqi, panelis dari perwakilan mahasiswa saat presentasi dari calon rektor, Prof Dr Hartono. Hilmi mempertanyakan berbagai masalah internal kampus, seperti fasilitas, mahalnya biaya pendidikan atau SPI dan apakah bisa mewujudkan Interational Campus sesuai visi yang dijelaskan.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Prof Hartono menjawab pertanyaan itu dengan menjelaskan pentingnya pendanaan dan solusi serta memberikan anggaran lebih ke program studi, bukan universitas. Menurut Prof Hartono, substansi yang penting adalah meningkatkan infrastruktur, SDM, dan kurikulum.
Ia menegaskan ujung tombak aktivitas ada di program studi, sehingga semestinya anggaran diutamakan untuk program studi. "Yang lebih penting lagi kita harus bergerak mencari pendanaan tanpa menimbulkan beban kepada mahasiswa secara signifikan," jelasnya.
Kuncinya, lanjut Prof Hartono, adalah berwirausaha. UNS mesti mengoptimalkan semua aset yang ada untuk mendapatkan dana. "Kalau perlu menggandeng sosok profesional di dalam hal ini," ujarnya.
Baca Juga: Mahasiswi asal Madagaskar Buka Penyampaian Strategi Calon Rektor UNS Solo
Jawaban Prof Hartono itu sesuai dengan visinya untuk membawa UNS sebagai kampus yang berlandaskan kewirausahaan. Ia mendapatkan total enam pertanyaan dari panelis. Selain dari Hilmi, ada pertanyaan dari panelis lain, Prof dr Ari Handono Ramlan, yang merupakan wakil dari Senat Akademik UNS.
3 Masalah Utama UNS
Ari Handono menanyakan bagaimana program dan masalah UNS yang dihadapi saat ini. Menurut Prof Hartono ada tiga masalah utama yang dihadapi UNS, yakni fasilitas riset, kualitas sumber daya manusia dan kurikulum.Sedangkan calon rektor UNS Solo, Prof Dr rer nat Sajidan mengusung Edu Flagship untuk menjelaskan strateginya mewujudkan UNS menjadi World Class University.
Baca Juga: 3 Calon Rektor UNS akan Paparkan Strategi Meraih Visi Misi Mulai Besok
Menjawab pertanyaan dari panelis yang merupakan tokoh pendidikan, Prof Dr Zudan Arif Fakhrulloh, mengenai anggaran dan strategi mewujudkan UNS sebagai World Class University, Sajidan menyatakan pentingnya peran Rektor dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan.
Menurut Sajidan, sistem tata kelola, laporan kinerja anggaran harus bagus dan harus dipahami stakeholders bahwa untuk mencapai visi misi UNS sudah sesuai regulasi.
"Kita punya rencana strategi lima tahunan yang itu merupakan kebijakan dari Rektor sehingga penting untuk melihat posisi Rektor. Selain itu kita juga harus menjalin kerja sama dengan universitas papan atas untuk mencapai tujuan World Class University," jawabnya.
Baca Juga: Membedah Visi Misi 3 Calon Rektor UNS Solo: Tantangan hingga Cita-Cita Mendunia
Sementara itu, Prof Hartono juga mendapat pertanyaan mengenai biaya kuliah dari panelis mahasiswa, Muhammad Pasya Falikhur. Pasya menanyakan pembiayaan pendidikan yang terjangkau apakah bisa dipenuhi jika Prof Sajidan menjadi Rektor.
Nol SPI untuk Mahasiswa Berprestasi
Sajidan mengatakan pentingnya peningkatan kualitas dari infrasturktur dan menjamin bahwa masalah ekonomi mahasiswa tidak menjadi penghalang untuk berkuliah. "Jadi Edu Flagship itu mencakup semua masalah yang ada, saat ini kita perlu anggaran yang cukup untuk penelitian dan didukung peralatan yang berstandar internaisonal dan memang perlu perjuangan," ucapnya."Untuk biaya pendidikan murah, kita bantu dengan nol SPI untuk mahasiswa berprestasi. Kita beri beasiswa dari S1, S2 hingga S3, karena transformasi ekonomi dari pendidikan itu langkah yang efektif," lanjutnya.
Baca Juga: Pemilihan Calon Rektor UNS Solo: Warga Bisa Beri Masukan
Calon rektor ketiga, Prof Dr I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, juga mendapatkan pertanyaan yang sama dengan dua calon Rektor UNS Solo lainnya mengenai biaya kuliah. Pertanyaan itu disampaikan Hilmi Ash Shidiqi, selaku perwakilan mahasiswa.
"Bagaimana kampus bersaing di internasional, seperti infrastruktur yang minim, sistem informasi dan SPI gratis seperti yang dijanjikan. Apakah internasionalisasi univeristas ini bisa menyelesaikan masalah tersebut?" tanya Hilmi.
Ayu menjawab internasionalisasi kampus tidak bisa dihindarkan dan merupakan aspek kunci agar UNS bisa terus berkembang. "Ini adalah tuntutan global untuk menjadi kampus berkualitas dunia, kita harus siap. Infrastruktur kita harus siapkan seperti pendanaan di luar UKT atau bantuan dari pemerintahan, itu dengan mendorong hilirisasi dan kewirausahaan melalui penguatan organisasi dan tata kelola," ucapnya.