Esposin, WONOGIRI–Meski luas tanam tembakau trennya meningkat, penerimaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) Kabupaten Wonogiri menurun menjadi Rp21,5 miliar pada 2024. Tahun lalu Pemkab Wonogiri menerima DBHCHT senilai total Rp26,4 miliar.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Wonogiri, Aris Widodo, melalui Sub Koordinator Sumber Daya Manusia, Yuni Lestari, menyampaikan penerimaan murni DBHCHT Kabupaten Wonogiri pada 2024 ini senilai Rp21,5 miliar. Akan tetapi, secara kumulatif anggaran DBHCHT yang diterima pemerintah daerah sebesar Rp26,5 miliar.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Jumlah itu berubah setelah ada penambahan dari sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa) pada 2023, anggaran DHBCHT tahun lalu yang dicairkan tahun ini, dan treasury deposit facility (TDF) tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan penggunaan DBHCHT sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.215/PMK.07/2021 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi DBHCHT. Sebanyak 50% dari pagu anggaran itu dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemudian 40% dialokasikan untuk kesehatan masyarakat. Sementara 10% sisanya untuk penegakan hukum yang di dalamnya ada program sosialisasi barang kena cukai.
Alokasi DBHCHT untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat itu antara lain berupa bantuan langsung tunai (BLT) senilai Rp2,1 miliar. Selain itu peningkatan kualitas bahan baku seperti bantuan alat dan mesin pertanian untuk petani tembakau. Sementara untuk alokasi kesehatan masyarakat kegiatannya berupa pengadaan sarana-prasarana kesehatan dan pembayaran bantuan iuran jaminan kesehatan masyarakat.
“Produksi tembakau di Kabupaten Wonogiri sebenarnya meningkat terus dari tahun ke tahun, tetapi penerimaan DBHCHT tahun ini turun. Ini karena penerimaan hasil cukai secara nasional turun,” kata Yuni saat ditemui Esposin di Kantor Bagian Perekonomian dan SDA Wonogiri, Jumat (16/8/2024).
Menurut Yuni, penurunan hasil cukai itu antara lain lantaran banyaknya peredaran rokok ilegal yang tidak bercukai. Rokok-rokok ilegal itu diproduksi di dalam maupun luar negeri. Maraknya peredaran rokok ilegal ini juga sebenarnya tak lepas dari peningkatan tarif cukai rokok sehingga harga rokok semakin naik. Masyarakat yang belum teredukasi menjadi lebih memilih rokok-rokok ilegal yang tak bercukai itu karena dinilai lebih murah.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, produksi tembakau pada 2022 mencapai 2.127 ton/ tahun. Tahun berikutnya atau 2023 meningkat menjadi 3.293 ton/tahun. Wilayah penghasil tembakau di Kabupaten Wonogiri pun semakin meluas. Salah satunya di Kecamatan Selogiri yang dua tahun belakangan ini menjadi wilayah baru penghasil tembakau.
Salah satu petani di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Widodo, 55, saat berbincang dengan Esposin, Rabu (14/8/2024), mengatakan sekarang mulai banyak petani di Desa Jendi yang menanam tembakau di lahan sawah tadah hujan. Tembakau menjadi tanaman musiman ketika lahan sawah tidak produktif untuk ditanami padi saat kemarau.
Tembakau mampu bertahan pada cuaca panas dan minim air. Hal ini cocok dengan kondisi lahan pertanian di Kecamatan Selogiri yang mayoritas mengandalkan air hujan untuk pengairan tanaman. Di samping itu, hasil panen tembakau justru lebih menguntungkan dibandingkan padi.
”Saya menanam tembakau baru kali kedua ini. Pertama pada 2023 lalu. Tahun kemarin yang tanam tembakau di desa ini baru tujuh orang, sekarang sudah ada 14 petani yang tanam,” kata Widodo.
Tembakau, Widodo menyampaikan, mulai ditanam di wilayah Kecamatan Wonogiri belum lama ini. Tembakau termasuk tanaman baru di kecamatan itu. Di Desa Jendi saja, petani baru menanam tembakau pada 2022.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Selogiri, Asri Indrawati, menyampaikan tembakau mulai banyak dibudidayakan petani di kecamatan itu dalam beberapa tahun terakhir. Luas tanam tembakau di wilayah itu semakin luas dari tahu ke tahun. Saat ini sudah ada lima hektare lahan pertanian yang ditanami tembakau di Kecamatan Selogiri.
“Kecamatan Selogiri memungkinkan untuk ditanami tembakau, apalagi kan banyak lahan sawah tadah hujan di sana. Hanya memang pola perawatannya harus lebih rutin dibandingkan padi,” kata Asri.