Esposin, SRAGEN — Warga Desa Newung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Dwi Nurohmad, 40, memilih melepas jabatan Kepala Cabang BCA Multifinance di Purwakarta untuk banting setir menjadi penjual telur asin.
Usaha telur asin ini sendiri sudah lebih dulu dirintis istrinya, Dewi Wettig, 39. Dwi keluar dari pekerjaannya pada 2019 lalu untuk fokus membantu istrinya mengembangkan usaha tersebut.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
"Awalnya pada 2016 mulai ternak bebek bersama istri. Kemudian saya dipindahkantugaskan oleh perusahaan. Kemudian hanya istri yang melanjutkan usaha ternak bebek di rumah. Sempat berhenti berternak sebelum lanjut lagi 2018, istri punya inisiatif untuk bikin telur asin," terang Dwi pada Esposin Rabu (5/10/2022).
Ia melihat peluang bisnis telur asin cukup menjanjikan. Ia pun lantas memutuskan keluar dari pekerjaannya pada Oktober 2019 meski saat itu kariernya terbilang baik. Ia lebih memilih fokus membesarkan usaha sendiri.
Dwi dan istri berbagi tugas. Istri bertanggung jawab di bagian produksi sementara Dwi menjalankan marketing. Cobaan datang saat pandemi Covid-19 pada 2020 lain menimpa. Penjualan telur asinnya anjlok.
Baca Juga: Inspirasi Bisnis, Minuman Tren di Sragen Beromzet Hingga Rp8 Juta/Hari
"Sempat lockdown saat pandemi kemarin berdampak pada terhambatnya pengiriman telur asin. Padahal telur asin hanya bertahan empat hari sebelum kedaluwarsa. Pengirimannya ke Jabodetabek dan Bandung," terangnya.
Kerupuk Telur Asin
Ia mengaku pernah uji coba membuat kerupuk telur asin, terinspirasi dari orang Brebes yang ia lihat di Youtube. Di awal-awal, ia menjual tiga kilogram kerupuk telur asin ke saudaranya di Palangkaraya."Hasil eksperimen tersebut saya unggah di akun Facebook, ternyata ramai. Sebelumnya, kerupuk telur asin belum dipasarkan secara luas. kemudian awal pandemi tersebut mulailah kerupuk telur asin buatan saya viral," tambahnya.
Pada awal produksi kerupuk telur asin, dalam sehari Dwi bisa memenuhi 15-60 kg pesanan kerupuk telur asin per hari. Ia juga sempat mempekerjakan 14 tetangganya.
"Di situ perekonomian keluarga saya mulai bangkit, setelah penjualan telur asin mengalami penurunan dan digantikan dengan kerupuk telur asin. Pada 2021 produk kerupuk telur asin lolos untuk masuk minimarket, yaitu Indomaret dan dipasarkan hingga sekarang," ujarnya.
Baca Juga: Manfaatkan Jaringan TKW, UMKM Jamur Krispi Sragen Tembus Hong Kong
Istri Dwi, Dewi, menambahkan, kini mereka tak lagi berternak bebek. Telur bebek untuk dibuat telur asin dan kerupuk dipasok dari peternak.
Kini, penjualan kerupuk telur asin Dwi sedang menurun karena telah muncul banyak pesaing. Untungnya, bisnis telur asinnya kini kembali merangkak naik. Dalam sebulan ia bisa menjual 100.000 butir telur asin.
Ia menjual telur asin Rp2.500-Rp.3000/butir. Sementara kerupuk telur asinnya dijual Rp14.500 per 250 gram.
Membuat kerupuk telur asin ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 20 hari. Dimulai dari membuat telur bebek menjadi telur asin yang memakan waktu 15 hari sebelum diproses menjadi kerupuk.
Kini, karyawan Dwi ada empat orang. Mereka menjual produknya dengan merek Y&H telur asin, dan Moto Sukowati untuk kerupuk telur asinnya.
Baca Juga: Keranjang Mendong dari Sumberlawang ini Tembus Pasar Korut & Singapura
Untuk produk Moto Sukowati tersebut telah memperoleh izin P-IRT pada 2020 serta sertifikasi halal pada 2021 lalu.