Esposin, SUKOHARJO-Penyakit endometriosis merupakan gangguan yang terjadi saat endometrium atau lapisan yang melapisi rahim wanita tumbuh di luar area yang seharusnya. Endometrium secara alamiah akan luruh atau lepas di akhir siklus menstruasi.
Namun, ada sebagian kecil dari sel endometrium tersebut, tak bisa mengalir ke luar tubuh lewat jalan lahir, tetapi masuk ke perut melalui saluran telur. Kondisi ini bisa berdampak mengganggu kesuburan perempuan. Jika tak segera dilakukan pengobatan maka bisa mempengaruhi program kehamilan.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Penderita endometriosis sering ditandai dengan nyeri lebih parah saat menstruasi. Nyeri dirasakan di bagian sekitar perut bagian bawah bahkan sampai panggul. Bahkan, saat nyeri semakin memburuk, penderita bisa tak sadarkan diri atau pingsan. Pada wanita yang sudah berkeluarga, sering didapati kehamilan lebih lama atau bahkan terjadi gangguan kesuburann.
Rasa nyeri pada wanita haid, itu sebenarnya wajar. “Apabila tidak harus dibantu meredakannya dengan obat-obatan atau istirahat bakal mengganggu aktivitas kesehariannya,” ujar dokter spesialis kandungan dan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi di RS Indriati Solo Baru, dr. Eka Budi Wahyana, M.Kes, Sp.OG-KFer, saat dihubungi Esposin, Selasa (13/8/2024).
Pengobatan pasien endometriosis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik penderita dan riwayat penyakit, serta dengan bantuan alat-alat khusus sebagai penentu tingkat atau tahapan penyakit tersebut. Misalnya, penderita sudah menikah atau belum, serta penderita sudah memiliki anak atau belum. Hal ini akan membedakan pola penanganan pasien endometriosis.
Pada umumnya, pasien bisa minum pil atau terapi untuk memperlambat pertumbuhan jaringan abnormal endometrium serta meningkatkan kesuburan. “Proses pengobatan seperti minum pil relatif lama, minimal enam bulan. Bahkan, ada yang sampai lebih dari satu tahun,” ujar dia.
Penyakit endometriosis terbagi menjadi empat level atau grade. Penentuan tingkat atau level penyakit endometriosis, diperlukan pemeriksaan menggunakan peralatan medis berteknologi canggih dengan tim medis. Pengobatan pasien endometriosis level satu bisa dengan meminum pil atau terapi. Sedangkan level tiga dan level empat, perlu penanganan yang lebih lanjut dengan terapi berbagai metode. Misalnya, pasien ingin hamil maka disarankan dengan metode bayi tabung.
Di RS Indriati Solo Baru, Sukoharjo, ada layanan laparoskopi dan laboratorium patologi anatomi sebagai pemeriksaan penunjang endometriosis. Pemeriksaan laparoskopi digunakan untuk mendiagnosis endometriosis. Dokter akan membuat sayatan kecil di sekitar area pusar. Kemudian, laparoskop yang dilengkapi kamera dimasukkan melalui sayatan tersebut. Tabung ini akan memotret bagian dalam perut dan mengambil sampel jaringan atau biopsi untuk diuji di laboratorium.
“Layanan di RS Indriati Solo Baru tidak hanya seputar kandungan, pasien bisa berkonsultasi dengan ahli gizi. Atau jika kasus-kasus tertentu bisa melakukan pemeriksaan radiologi. Jadi layanannya one stop service, pasien tak perlu berpindah-pindah rumah sakit,” ujar dia.
Bagi pasien endometriosis tetap berkesempatan memiliki buah hati yang diidamkan pasangan suami istri. Namun, mereka harus bersabar dan melewati proses step by step. Termasuk program inseminasi agar pasangan suami istri segera memiliki momongan. “Kuncinya sabar dalam melewati proses untuk mencari solusi dalam kehamilan,” ujar dia.