Esposin, SOLO — Pemberlakuan arus lalu lintas searah di Jl. Prof. Soeharso, Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (27/4/2015), langsung berdampak buruk bagi jalan kampung sekitarnya. Sejatinya, rencana perubahan ketentuan lalu lintas Solo itu telah sejak dini ditolak warga, namun karena jumlah warga pemrotes dianggap segelintir, maka Pemkot Solo mengabaikannya,
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Polemik atas pemberlakuan arus searah lalu lintas kendaraan dari simpang tiga Faroka menuju perempatan Fajar Indah itu sejatinya telah hangat di media jejaring sosial sejak wacana perubahan arus lalu lintas Solo itu diungkap kepada insan media. Warga pengakses Internet (netizen) sejak dini meragukan efektivitas rencana itu.
Nyatanya, di tengah polemik itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tetap memberlakukan arus lalu lintas searah di Jl. Prof. Soeharso, Kota Solo, Jawa Tengah. Setelah jalur jalan itu hanya bisa dilewati kendaraan dari arah Faroka ke Fajar Indah, jalur jalan kampung di sekitarnya sontak padat.
Diarahkan ke Kampung Pada hari pertama perberlakuan arus lalu lintas searah dari arah Faroka ke Fajar Indah itu, Senin pagi, 40 pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo disebar Pemkot Solo di sepanjang Jl. Prof. Soeharso. Mereka menyetop kendaraan-kendaraan yang keluar dari gang dan hendak mengarah ke selatan. Kendaraan-kendaraan itu diarahkan para pegawai Dishubkominfo masuk ke jalan kampung.
Alhasil, jalan-jalan kampung padat mendadak akibat pemberlakuan arus searah di jalur jalan utama kawasan itu. Sejumlah kendaraan menumpuk di gang-gang. Warga setempat, seperti Giyarto, 40, pun mengaku kecewa dengan kebijakan Pemkot Solo.
"Kalau alasannya bikin macet, di sini itu enggak macet, kalau alasannya kecelakaan, sebetulnya yang membuat kecelakaan itu bukan jalur searah atau dua arah, tapi karena kondisi jalannya yang rusak. Selain itu juga karena jalan di sana minim rambu," jelas dia.
Pemrotes Segelintir Menanggapi kenyataan itu, Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajat, bersikukuh mengabaikan pendapat warga. Pegawai negeri sipil yang diupah dengan pajak rakyat demi kemaslahatan semua warga itu bersikukuh memberlakukan jalur searah di Jl. Prof. Soeharso.
"Pokoknya jalan terus, wong ini demi keselamatan bersama kok. Yang menolak itu kan hanya segelintir orang saja. Jadi buat apa ditanggapi," tantang Herman saat ditemui Esposin, Senin.
Menurut Herman, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada pengendara selama satu bulan. Setelah itu, pengendara yang melanggar akan diberi surat tilang. "Mungkin kalau awal-awal ini pengendara masih kaku. Karena mereka tidak tahu. Makanya saat ini belum ada sanksi. Nanti satu bulan kami sosialisasi. Setelah itu baru ada sanksi tilang," jelas Herman.