Esposin, SOLO — Hingga 1980an, riwayat Sungai Bengawan Solo dulu masih menjadi tempat kungkum bagi masyarakat yang percaya alirannya bisa membersihkan jiwa dan raga. Setelahnya, aktivitas itu tak lagi dilakukan karena airnya kian kotor akibat limbah rumah tangga maupun pabrik.
Sebuah buku berjudul Sejarah Bengawan Sala, Butir-Butir Kesaksian Masyarakat terbitan Lembaga Gita Pertiwi pada 1995 merangkum kisah itu. Aktivitas kungkum sempat terhenti pada 1960an tepatnya setelah peristiwa G30 S, yang kemudian marak dilakukan pada 1970an.